Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sigi Wimala Pun Sempat Kelabakan Jawab Pertanyaan Anaknya...

Kompas.com - 30/05/2016, 11:31 WIB
Sri Noviyanti

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com – 
Artis Sigi Wimala hampir tak mampu berkata-kata saat buah hatinya mendadak bertanya penyebab ada plastik di dalam perut burung-burung dan ikan-ikan laut. Pertanyaan itu terlontar begitu sang anak tahu tentang kehidupan hewan laut.

“Tanpa kita sadari, anak-anak bahkan sama sekali tidak cuek terhadap lingkungan,” ujar Sigi saat menuturkan pengalamannya itu dalam konferensi pers sosialisasi tas belanja berulang kali pakai dari Tempo Scan Love Earth, Kamis (28/4/2016).

Pertanyaan anaknya pun pelan-pelan Sigi jawab. Jawaban demi jawaban pun dia sampaikan dengan hati-hati. Menurut Sigi, anak perlu mendapat jawaban yang tepat agar tak salah persepsi di kemudian hari.

“Saya jawab, wajar kalau plastik ada di dalam perut hewan-hewan laut, karena mereka mengira sampah plastik di laut adalah makanan,” ujar Sigi.

Namun, karena plastik memang bukan makanan, hewan-hewan itu akhirnya mati dengan plastik yang tak bisa dicerna tetap ada di dalam saluran pencernaannya.

Riset yang dilakukan Jenna R Jambeck dan kawan-kawan pada 2015 mendapati, Indonesia telah menjadi negara penyumbang sampah plastik terbanyak kedua di dunia, setelah China. Diperkirakan, total sampah plastik Indonesia di lautan mencapai 3,2 juta ton.

Sigi—yang telanjur harus berhadapan pula dengan pertanyaan sang anak tentang sampah plastik—merasa harus turut bertanggung jawab atas temuan riset tersebut. Cara yang dia pilih adalah menularkan cara mencintai lingkungan.

“Cara menularkan semangat cinta lingkungan pada anak yang efektif adalah dengan metode yang paling simpel, yaitu mencontohkan langsung biar mereka (anak) bisa langsung mengikuti,” tegas Sigi.

Contoh yang bisa dimulai segera, sebut Sigi, adalah mulai dari membuang sampah pada tempatnya dan meminimalkan pemakaian kantong kresek. 

Kebetulan, Sigi sekeluarga kemudian berkesempatan berlibur bersama ke Jepang. Di sana, mereka memilih menyewa apartemen kecil untuk menginap. Ternyata, ujar dia, pengalaman tinggal di apartemen tersebut terekam benar oleh si kecil.

“Kebetulan kalau di Jepang ada jadwal sampah mana yang harus dibuang per hari. Misalnya, Senin sampah plastik, Selasa sampah kaleng, lalu Rabu waktunya untuk botol kaca. Kami sebagai penghuni harus ikut aturan itu,” tutur Sigi.

Sepulang ke Tanah Air, kebiasaan di Jepang tersebut masih terus dilakukan oleh anaknya. Pola harian pembuangan sampah itu berlanjut di rumah. “Dia ikut dengan sendirinya. Akhirnya, ya sudah, jadi kebiasaan kami di rumah,” ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com