Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berburu Tawa di Jagat Sinema

Kompas.com - 26/06/2016, 17:19 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com -- Komedi menjadi sejenis formula awet muda yang mudah dicerna.
Sudah lama para sineas memproduksi film-film komedi karena masyarakat selalu butuh pemicu tawa.

Dalam satu setengah tahun terakhir, setidaknya muncul 38 film komedi meramaikan jagat perfilman Tanah Air.

Sebagian film bertahan hingga berpekan-pekan karena dijejali penonton, sementara lainnya hanya nongol beberapa kali karena sepi.

Ada film yang semata mengejar latah. Ada juga yang serius menggarapnya untuk memanggungkan drama komedi.

Pertengahan Juni ini, pencinta komedi ramai membincangkan film My Stupid Boss (Mei 2016) yang dibintangi Bunga Citra Lestari dan Reza Rahadian.

Film ini meraup 2,8 juta penonton dalam kurun waktu kurang dari sebulan.

Jumlah yang fantastis dan hanya diungguli oleh Ada Apa dengan Cinta 2 dengan 3,6 juta penonton. Adapun film Comic 8: Casino King Part 2, membayangi dengan 1,8 juta penonton.

Pada awal tahun, publik disuguhi film Single garapan komedian Raditya Dika yang ditonton sekitar 1 juta orang.

Film ini sempat berada di puncak deretan film terlaris disusul film Ngenest besutan komedian Ernest Prakasa. Keduanya rilis pada Desember 2015.

Muncul juga beberapa film yang jumlah penontonnya tak sampai setengah juta. Sebutlah Jagoan Instan dan Get Up Stand Up.

Jika Jagoan Instan masih lebih lumayan karena mampu mengumpulkan 126.087 penonton, Get Up Stand Up hanya ditonton 92.000 orang dan cuma bertahan tiga pekan di gedung bioskop.

Get Up Stand Up mengusung tema perjuangan para komika meraih panggung ajang Stand Up Comedy Indonesia Kompas TV. Perjuangan dan kerja keras mereka dipotret dari sisi komedi dan diselilingi cerita asmara, persaingan perebutan hati.

Produser KG Studio yang memproduksi Get Up Stand Up, Arga Laras, menjelaskan bahwa pihaknya salah strategi dalam promo Get Up Stand Up.

Asumsinya, para pemain film Get Up Stand Up merupakan komika jebolan ajang Stand Up Comedy Indonesia Kompas TV yang memiliki fans loyal di media sosial.

Maka, ia pun gencar berpromosi di media sosial tanpa memedulikan promo konvensional, seperti baliho dan spanduk.

Tak ada formula
Sebenarnya tidak ada formula pasti untuk menjadikan sebuah film itu laris atau tidak. Pun jika ditilik dari sisi sinematografi atau plot cerita.

Sebutlah film Ngenest yang mengangkat cerita komika Ernest Prakasa di-bully sebagai orang Tionghoa yang kemudian berusaha keluar dari ke-Tionghoa-annya dengan menikahi gadis pribumi.

Tampak sekali Ernest selaku pemain utama sekaligus sutradara bekerja sangat rapi dan matang. Penyusunan suasana komediknya kenyal dan tidak terkesan mengada-ada.

Meskipun tak kalah lucu, film Single cenderung antiklimaks karena mudah ditebak, happy ending.

Bagi sebagian penonton, terutama yang berusia 30 tahun ke atas, film ini tak begitu lucu. Namun, bagi para remaja, film ini lucu luar biasa.

Sebagian mengatakan kelucuan film Single melebihi ekspektasi mereka. Itu setidaknya berdasarkan testimoni penonton di media sosial dan blog. Artinya, betapa film lucu atau tidak itu sangat subyektif.

Itulah mengapa film Single jauh lebih laris dibandingkan dengan film-film komedi lain, kecuali My Stupid Boss.

"Intinya film itu selera. Enggak ada yang jelek dan enggak ada jaminan akan laris," kata Robby Ertanto, sutradara film.

Di kalangan anak muda, Radit bukan sekadar komika. Dia adalah tokoh dan panutan.

Lihatlah follower Radit di media sosial. Dia mampu menghimpun 3,1 juta pengikut di Instagram dan 13,7 juta pengikut di Twitter.

Dia sangat aktif berinteraksi dengan para pengikutnya tersebut, terutama menjelang dan saat filmnya tayang.

Raditya juga produktif menulis sampai tujuh buku yang kemudian difilmkan, seperti Kambing Jantan: Sebuah Catatan Harian Pelajar Bodoh (2005) sampai Koala Kumal (2015), yang dirilis Lebaran ini.

Pembacanya pun berjibun. Faktor buku laris, interaksi dengan follower, dan promosi lewat media massa itu sangat efektif mendongkrak jumlah penonton.

Ini mirip dengan fenomena membeludaknya penonton My Stupid Boss yang disutradarai Upi.

Film ini disarikan dari empat buku dengan judul sama. Bercerita tentang Kerani yang bekerja kepada Bossman tanpa aturan yang jelas.

Prinsipnya, Bossman selalu benar meskipun dia pelupa, pelit, dan sok tahu. Kejengkelan dan kekonyolan Kerani beserta rekan-rekannya dalam interaksi dengan Bossman itu ditampilkan secara komedik dalam buku dan film ini.

Buku My Stupid Boss sangat laris dan akan segera terbit seri kelimanya.

Popularitas buku My Stupid Boss dan kelucuan di dalamnya menjadi faktor penentu larisnya film ini. Tentu juga tak lepas dari akting prima Bunga Citra Lestari dan Reza.

Meskipun sebenarnya Reza kurang enak dilihat saat memerankan Bossman dengan kumis tempelan dan badan didandani tambun. Tak natural.

Sejeblok-jebloknya film komedi, setidaknya masih ada yang menonton. Tampaknya, selama masih lucu, film komedi akan tetap diburu. (Mohamad Hilmi Faiq)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 26 Juni 2016, di halaman 18 dengan judul "Berburu Tawa di Jagat Sinema".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com