Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ikke Nurjanah Masuk Kafe, Perpustakaan, dan Kampus di AS

Kompas.com - 11/09/2016, 18:00 WIB

WASHINGTON DC, KOMPAS.com -- Penyanyi dangdut Ikke Nurjanah (42) tampil di kafe Jammin' Java di Vienna, Virginia, AS.

Pertunjukan tersebut diadakan pada 4 September 2016 sore waktu setempat.

Itu merupakan kali kedua Ikke tampil dalam pertunjukan musiknya di AS.

Pada 2010, pedendang lagu-lagu populer "Terlena", "Sun Sing Suwe", dan "Memandangmu" ini tampil di Washington DC dan New York City.

Pertunjukan kali ini ditonton oleh para warga Indonesia dan warga AS yang menikmati dangdut.

"Menyenangkan banget. Terima kasih untuk yang datang hari ini," tutur Ikke kepada Voa Indonesia sesudah tampil.

"Mereka mengapresiasi, mereka joget dari awal sampai akhir, nyanyi bareng, suasananya juga santai, hangat, dan aku menikmati banget hari ini dengan keluarga besar di Washington," tuturnya lagi.

 

A photo posted by ikkenurjanah (@ikkenurjanah0518) on Sep 7, 2016 at 5:09pm PDT

Seorang penonton, Mariyam, warga AS, menyukai dangdut.

Ia mengaku bisa membawakan 100 lagu dangdut dengan permainan gitarnya.

"Saya suka musik Ikke. Saya main gitar, saya main musik dangdut," kata Mariyam, yang fasih berbahasa Indonesia.

Pertunjukan berbayar itu juga seperti reuni antara sejumlah orang Indonesia yang tinggal di AS dengan Ikke.

"Saya senang banget deh, seperti reuni, udah lama enggak dengar suara Ikke," kata penonton bersama Desy.

"Mudah-mudahan tahun depan bisa ke sini lagi dan waktunya (pertunjukannya) lebih lama," lanjutnya.

"Kayaknya ini baru mulai, tiba-tiba udah (selesai). Yang paling berkesan tadi 'Terlena' dan 'Terajana'," katanya lagi.

Dalam pertunjukan tersebut, Ikke juga membawakan lagu "Tanah Airku" ciptaan Ibu Sud.

Nyanyian itu membuat sejumlah warga Indonesia yang menonton terharu.

Ikke berada di AS dalam rangka tur America Seduced by Dangdut 2016, yang diselenggarakan oleh Sireedee Entertainment.

***
Selain tampil dalam pertunjukan musik itu, selama di AS ia mengadakan bedah buku di beberapa kota.

Buku yang dibahas adalah Diary Dangdut Ikke Nurjanah.

Ia juga diundang menjadi pengajar tamu untuk kali kedua di University of Pittsburgh, di  Pittsburgh, Pennsylvania.

Di universitas tersebut, perempuan bernama asli Hartini Erpi Nurjanah ini didampingi oleh dosen jurusan musik, Andrew Weintraub.

Weintraub sudah melakukan banyak penelitian mengenai dangdut.

Ia pernah menulis buku Dangdut Stories: A Social and Musical History of Indonesia's Most Popular Music.

"Tahun ini memang tetap ada beberapa show di Washington, DC sama di New York," ujar Ikke.

"Aku juga ke University of Pittsburgh, paparan lagi mengenai musik dangdut di dalam kelas bersama Professor Andrew Weintraub, lalu kita ke Philadelphia," sambungnya.

"Di New York, katanya ada beberapa paparan lagi soal dangdut. Habis itu kami kembali lagi ke Washington," ujarnya lagi.

Dalam kunjungannya kali ini, Ikke juga menyumbang buku biografinya itu ke Library of Congress di Washington DC.

Library of Congress merupakan perpustakaan dengan koleksi terbesar di dunia.

Di dalamnya ada beragam buku dari Indonesia, termasuk yang bertema dangdut.

Ikke berharap musik dangdut bisa lebih dikenal lagi di dunia internasional.

"Kita pasti berharap bahwa dangdut disukai banyak orang, enggak cuman di negara kita," katanya.

"Sampai saat ini Amerika appreciate juga ya, karena sampai di dalam kelas, bentuknya akademis," katanya lagi.

"Dangdut itu sedang didaftarkan untuk UNESCO untuk menjadi heritage dunia," ujar Ikke, yang pernah bercita-cita menjadi guru TK.

"Mudah-mudahan antreannya sudah lebih dekat," imbuhnya.

"Kalau kita sering sounding bahwa musik ini memang musik yang layak untuk dilestarikan, dijaga dan sebagainya, mudah-mudahan berdampak positif," ujarnya lagi.

***
Mengenai era digital, Ikke berpendapat bahwa tidak ada lagi batasan untuk musik Indonesia bisa dikenal di seluruh dunia.

"Bicara industri kan sebenarnya enggak ada batasan ya, karena sekarang itu era digital," ucapnya.

"Amerika itu kan salah satu negara yang, dalam banyak hal, kita banyak sekali karya dari Amerika menjadi bagian kita," sambungnya.

"Terus, kenapa enggak, karya kita menjadi bagian mereka?" ucapnya lagi.

"Kita boleh bermimpi, kita boleh niat, dengan langkah kecil ini mudah-mudahan menjadi besar," tambah penyanyi yang juga pernah tampil di Jepang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com