Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Leila S Chudori
Penulis & Wartawan

Penulis, Wartawan, Host Podcast "Coming Home with Leila Chudori"

Coming Home with Leila Chudori Feat. Petty Fatimah: Seorang Sherlock Holmes dari Hong Kong

Kompas.com - 26/08/2020, 07:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PERKENALKAN Inspektur Polisi Kwan Chun-dok. Seorang Sherlock Holmes dari Hong Kong, atau katakanlah dia seorang Columbo yang selalu berhasil menemukan pembunuh dalam setiap kasus yang ditanganinya. Ratusan kasus yang ditanganinya selama 50 tahun kariernya tak pernah gagal.

Novelis Hong Kong, Chan Ho-Kei, bercerita tentang karier si Mata Surga, demikian julukan terhadap detektif Kwan Chun-dok yang jenius itu dengan gaya yang efektif, kalimat-kalimat pendek tanpa bunga, hampir seperti sebuah narasi jurnalistik investigasi yang asyik.

Chan Ho-Kei justru membuka novelnya dengan setting Hong Kong tahun 2013 ketika sang detektif sudah dalam keadaan tergeletak di rumah sakit dalam keadaan koma.

Adalah Sony Lok, anak buah/murid Inspektur Dok yang mennggiring anggota keluarga triliuner Hong Kong ke rumah sakit untuk bisa "diperkenalkan" dengan Inspektur Mata Surga yang sudah tergeletak itu.

Menurut Lok, Inspektur Dok masih bisa ikut melakukan investigasi dan menjawab pertanyaan melalui bantuan mesin untuk mengungkap pembunuh bilyuner Yuen Man Bun.

Babak pertama ini adalah sebuah pembukaan brilian karena justru pembaca berkenalan dengan sang detektif yang sudah di tubir kematian.

Novel "The Borrowed" (Gramedia Pustaka Utama, 2019) hampir seperti sekumpulan novella di dalam satu buku yang disusun dengan kronologi terbalik.

Setelah bab pertama yang memperkenalkan Inspektur Dok yang dalam keadaan koma masih terlibat dalam investigasi, bab-bab berikutnya penulis Chan Ho-Kei mengajak pembaca melalui mesin waktu sejarah Hong Kong.

Kita ikut menyusuri karier Inspektur Dok, memecahkan kasus demi kasus melalui peristiwa politik serah terima Hong Kong dari Inggris tahun 1997; Peristiwa Tiananmen 1989, Konflik antara polisi Hong Kong dan Komisi Antikorupsi Independen pada tahun 1977 dan Pemberontakan Kaum Kiri tahun 1967.

Mengapa saya menganggap Inspektur Dok sebagai Sherlock Holmes dari Hong Kong? Selain Dok adalah detektif yang luar biasa teliti, kontemplatif dan kemampuan deduksinya luar biasa, persis seperti Holmes, dia memiliki kawan yang melontarkan pertanyaan-pertanyaan pembaca.

Jika Holmes memiliki Dr Watson, seorang kawan yang menjadi sparring partner yang terus menerus melontarkan pertanyaan kritis pada Holmes tentang kasus yang mereka hadapi, Inspektur Dok mempunyai Sonny Lok yang juga mewakili keinginan tahu pembaca.

Di luar pipa Holmes dan terkadang "kecenderungannya" merosot ke zat-zat "kimia" pendosa, kedua detektif ini agak mirip.

Bedanya Inspektur Dok bersih, lurus dan terus terang terlalu sempurna dan dia hidup tanpa humor.

Dalam episode terbaru podcast "Coming Home with Leila Chudori", Pemimpin Redaksi Femina Petty Fatimah mengutarakan betapa sosok Inpsektur Dok tampil dingin tanpa humor.

Itulah yang membedakannya dengan detektif klasik karya Arthur Conan Doyle yang meski dingin, tetapi dia masih memiliki sarkasme dan humor gaya Inggris yang subtil dan nyaris tak tertangkap jika kita tak terlalu teliti.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau