JAKARTA, KOMPAS.com - Berkaca pada kondisi terakhir, tampak bahwa salah satu yang menarik perhatian di perfilman Indonesia belakangan ini adalah pengemasan ulang film lama --atau biasa disebut dengan remake, reboot, maupun tribute.
Bukti paling baru adalah Warkop DKI Reborn, yang sukses menjadi film terlaris di Indonesia--menyisihkan Laskar Pelangi, jawara sebelumnya. Sementara bersamaan dengan itu, ada pula Ini Kisah Tiga Dara, yang merupakan remake dari Tiga Dara, salah satu karya laris dari Usmar Ismail.
Remake memang terbilang potensial, mengingat telah adanya penonton-penonton yang sudah menyaksikan versi asli film, yang mungkin dibuat penasaran sehingga datang ke bioskop.
Walaupun begitu, remake juga harus menggunakan strategi. Salah satunya adalah dengan menentukan film atau sosok yang akan dibuat versi barunya. Di sini, kita berbicara tentang mereka yang ikonik; yang mana kalau ranah komedi ada Warkop, maka di horor kita ada Suzzanna.
Film Suzzanna sudah ada dua yang dibuat versi barunya, Beranak dalam Kubur (2007) dan Bernafas dalam Lumpur (1991). Dari kedua film itu, yang horor adalah Beranak dalam Kubur, sedangkan Bernafas dalam Lumpur adalah film drama.
Bernafas dalam Lumpur (1970), yang ia mainkan sebelum Beranak dalam Kubur (1972), adalah film laris yang sarat dengan adegan panas. Versi remake-nya yang juga disutradari oleh orang yang sama, Turino Djunaidy, menghadirkan Meriam Belinna sebagai tokoh Supinah --yang dulu diperankan oleh Suzzanna.
Sama halnya dengan Bernafas dalam Lumpur, film Beranak dalam Kubur juga merupakan film laris --sekaligus film horor pertama Suzzanna. Sangat wajar bila kemudian film ini dibuat ulang.
Versi remake dari Beranak dalam Kubur disutradarai oleh Adji Saputra dan Freddy Lingga. Film ini dibintangi oleh Adhitya Putri, Revant Narya, dan Dinda Kanya Dewi, dengan sosok hantu yang diperankan oleh Jupe.
Meskipun dilabeli remake, film tersebut tidak mengikuti alur cerita Beranak dalam Kubur, dan sialnya, juga tidak laris.
Sebagai generasi yang lahir pada tahun 90-an, menonton film-film Suzzanna, baik dari layar kaca maupun DVD adalah pengalaman menarik tersendiri.
Saya jadi mengerti bahwa penampakan manusia setengah buaya, perempuan dengan punggung bolong, dan perempuan yang mampu menelan sate seratus tusuk dalam sekali kunyah itu menakutkan, salah satunya setelah menonton film-film yang dibintangi perempuan berdarah Jerman-Belanda-Jawa-Manado ini.
"Bang sate seratus tusuk, Bang." Kita kadang menjadikan satu kalimat tersebut sebagai bahan bercandaan atau pun lelucon untuk pura-pura menakut-nakuti teman.
Satu kalimat yang sejatinya berasal dari salah satu film yang dibintangi Suzzanna, Sundel Bolong (1981). Yang lucu sekaligus menakutkan dari kalimat tersebut, Suzzanna langsung memakan keseratus tusuk sate.
Adegan selanjutnya bisa ditebak, tukang sate ketakutan dan beberapa penonton terbahak karena adegan jenaka tersebut.
Sosok Suzzanna sebagai ikon film horor masa lalu sangat melekat di benak penontonnya. Dia digandrungi bukan saja karena wajah ayu dan tubuh moleknya, tapi juga hal-hal lain yang mencerminkan pribadinya.