Kita bisa menyebut beberapa, mulai dari kalimat yang ia ucapkan, wardrobe-nya yang begitu khas, mitos bunga melati, sampai dengan nama ‘Suzzanna’ itu sendiri.
Seperti kita tahu, nama Suzzanna sebagai Ratu Horor Film Indonesia tidak hanya sekadar catatan yang diukur oleh filmografi. Penobatan tersebut menyangkut juga hal-hal mistis yang Suzzanna jalani, baik di layar, maupun di belakang layar.
Nama perempuan kelahiran Bogor 13 Oktober 1942 ini marak terdengar di perfilman Indonesia dari 1950-an sampai 1990-an.
Terlahir dengan nama panjang Suzzanna Martha Frederika van Osch, ia adalah adalah anak terakhir dari lima bersaudara. Kariernya dimulai saat ia memenangi audisi yang diselenggarakan oleh Usmar Ismail, dan melejit berkat film Asmara Dara (Usmar Ismail, 1959).
Saat itu usianya barulah 17 tahun. Namun, dari permainan perannya tersebut, ia berhasil mendapat penghargaan The Best Child Actress (Festival Film Asia, 1960) dan Golden Harvest Award.
Suzzanna memang sempat menekuni pengerjaan drama sebelum ia menjatuhkan pilihannya untuk fokus di produksi film horor. Selain Asmara Dara, beberapa film drama tersebut adalah Darah dan Doa (1950), Bertamasja (1959), Mira (1961), Antara Timur dan Barat (1963), Aku Hanya Bajangan (1963), Segenggam Tanah Perbatasan, Suzie (1966), Penanggalan (1967), Tuan Tanah Kedawung (1970), dan Bernafas dalam Lumpur (1970).
Ia juga sempat masuk dunia tarik suara. Bersama suaminya, Dicky Suprapto dan grup musik Eka Sapta, Suzzanna mengeluarkan album berjudul Salah Sangka. Walaupun begitu, sejatinya, nama Suzzanna baru benar-benar abadi --bahkan hingga generasi 90-an-- setelah masuk dalam produksi film horor.
Ketika ia bermain Beranak dalam Kubur (Awaludin & Ali Shahab, 1972), pada tahun yang sama, ia juga mendapat gelar aktris Terpopuler se-Asia dalam Festival Film Asia-Pasifik.
Setelah itu, terdapat tiga puluhan judul film yang dibintangi Suzzanna sepanjang karir perfilmannya --yang juga diselingi oleh film-film drama. Perjalanan filmnya berujung pada film terakhirnya yang tayang 21 Februari 2008, Hantu Ambulance (Koya Pagayo, 2008)-- sebelum kemudian meninggal pada 15 Oktober 2008.
Dalam film terakhirnya --yang didahului masa vakum selama 17 tahun-- Suzzanna tidak berperan sebagai hantu lagi. Ia berperan sebagai nenek dari tokoh utama, Rano, yang diperankan oleh Dimas Andrean.
Shankar, bos dari Indika Entertainment, mengaku kesulitan saat mengajak Suzzanna untuk kembali bermain film horor. Namun, niat produser yang satu ini terbilang sangat besar.
"Saya ini dijuluki bapak film horor. Saya tidak merasa lengkap kalau Suzzanna belum ikut main di film produksi saya. Suzanna is the legend of horror," paparnya ketika itu.
Suzzanna pada akhirnya memang bermain di Hantu Ambulance, dan dengan demikian, Shankar menyaksikan sendiri gelagat ratu horor yang satu itu.
"Waktu saya minta main film ini, syaratnya banyak. Suzzanna minta harus ada bunga melati dan bawa baju sendiri. Setahu saya, melati itu dipakai dan ada juga yang dimakan untuk menjaga stamina," ungkapnya.
Suzzanna memang unik. Saking uniknya, tidak ada yang mampu menggantikan kehadirannya di jagat perfilman Indonesia. Pada 2012 lalu, Jupe sempat muncul dengan embel-embel 'titisan Suzzanna' di poster film terbarunya, Rumah Bekas Kuburan.