Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bayu Galih

Jurnalis; Pemerhati media baru; Penikmat sinema

Kisah "Princess" Disney dan Dongeng yang Membahayakan...

Kompas.com - 11/04/2017, 20:43 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorHeru Margianto

Nah, menghadirkan Si Cantik yang jatuh cinta terhadap Buruk Rupa dalam konstruksi cerita yang tetap sama seperti pada animasi 1991 silam, bukanlah sebuah kemajuan.

Bukan, bukan karena konstruksi cerita yang mengajarkan perempuan untuk tidak apa-apa “belajar mencintai” seseorang yang buruk rupa selama memiliki kastil besar dan kaya raya.

Namun, hal yang membahayakan dari dongeng ini adalah membuat kita percaya bahwa cinta benar-benar dapat mengubah hal yang buruk menjadi baik pada waktunya.

Jika Beast merupakan personifikasi laki-laki yang bertabiat buruk, dan bukan sekedar berwajah buruk, maka mengajarkan perempuan untuk percaya bahwa tabiat buruk itu akan hilang jika tetap bertahan mencintainya, maka itu merupakan dongeng yang membahayakan.

Mengajarkan perempuan untuk bertahan jika mengalami kekerasan dalam rumah tangga, dengan asumsi tabiat buruk itu akan hilang jika tetap pasrah dalam cinta, jelas itu membahayakan.

Atau jika Beast dianggap sebagai personifikasi perempuan yang bertabiat buruk, maka mengajarkan laki-laki untuk percaya bahwa tabiat itu akan hilang dengan dasar cinta, maka itu merupakan dongeng yang membahayakan.

Mengajarkan laki-laki untuk bertahan dalam menghadapi tuntutan berlebihan dari pasangannya, yang berdampak negatif seperti “memaksanya” korupsi, karena percaya bahwa cinta akan membawa kebahagiaan, itu jelas membahayakan.

Meski kisah Disney selalu berakhir selalu happy ending, tapi kisah dongeng sebenarnya tidak melulu berakhir bahagia.

Cinderella misalnya, sebuah versi dari Grimm Bersaudara menceritakan bahwa di hari pernikahan Cinderella-Pangeran, burung-burung yang membantu membuat gaun Cinderella membalaskan dendam kepada dua kakak tiri Cinderella, dengan mematuk mata dua perempuan itu hingga buta.

Atau dalam kisah Sleeping Beauty, sebuah versi bercerita bahwa Aurora tidak dibangunkan oleh ciuman mesra Pangeran. Namun, Aurora dibangunkan oleh gerak dan tingkah dari bayi kembarnya, yang lahir dari hubungan badan dengan Pangeran yang dilakukan saat dia tidak sadar. Dengan kata lain, Aurora diperkosa.

Tapi tentu saja versi Disney dengan segala happy ending dalam kehidupan para princess lebih menarik untuk dinikmati.

Sebab, pada dasarnya hidup memang tidak seindah drama Korea, eh maaf, drama Disney. Dan dongeng berakhir cerita bahagia menjadi pelarian, menjadi "media eskapis" yang sempurna.

Ah, maafkan saya yang merusak konstruksi kebahagiaan Anda.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau