JAKARTA, KOMPAS.com - Grup band GHO$$ dari Jakarta punya setumpuk pekerjaan rumah yang mereka bawa pulang setelah menjalani rekaman dua singel andalan mereka, "CARELE$$" dan "Change" di Sydney, Australia pada 23 Juli 2017 lalu.
Pekerjaan rumah ini tak lepas dari jadwal peluncuran album kompilasi bersama delapan besar peserta ajang SuperMusic.ID Rockin' Battle, serta agenda promo yang akan dilakoni GHO$$ di Tanah Air.
[Baca: Rekaman di Australia, GHO$$ dari Indonesia Dapat Banyak Kejutan]
Dua poin penting itu pun disadari Managing Director Megapro Communications Albert Widjaja yang memayungi band dengan anggota Diegoshefa Dilanegara (vokal), Diego "Gosu" Aditya (gitar), Fadhi Perdana (gitar), Dito Adhikari (bas), dan Otin Sinambela (drum).
"Itu home work kami," kata Albert saat berbincang dengan Kompas.com di kantor agensi Megapro Communications, Jalan Haji Kelik No.25, RT.3/RW.8, Kelapa Dua, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, baru-baru ini.
Menurut Albert, sebagai manajemen artis yang menangani band jebolan Rockin' Battle, Megapro Communications harus cermat dalam melihat kondisi industri musik saat ini.
"Kalau lihat industri sekarang, kita itu benar-benar terpuruk, label besar enggak ada pengaruhnya sekarang, mau produce musik susah banget," ujar Albert.
"Dalam beberapa tahun terakhir kita lihat jarang sekali ada grup yang besar kecuali arti-artis solo seperti Raisa. Kalaupun ada (band yang sukses) itu sedikit sekali, seperti Anji (mantan vokalis band Drive) itu lagi hit lagi, Armada itu lagi naik lagi. Tapi mereka bukan artis yang (baru merintis) sekarang," sambungnya.
[Baca: Vokalis GHO$$ Letupkan Energi Positif dengan Karya Seni]
Kalau sudah begitu, lanjut Albert, jualan album fisik sudah tak bisa lagi jadi andalan. Manajemen artis harus memutar otak guna mengatur strategi dagang yang tepat.
"Jadi industri kita benar-benar hancur, label itu income-nya dari mana? Dari artist management mereka? Karena mereka enggak bisa andalkan penjualan fisik. Kalau ngomong market kita harus punya strategi khusus, formulanya seperti apa kami sudah nemu," kata Albert.
Ladang penjualan musik di dunia digital pun ikut disasar untuk mengenalkan karya bermusik GHO$$ lebih luas lagi bersama lagu-lagu band lainnya yang satu angkatan di Rockin' Battle 2017.
"Kami akhirnya memang harus ke sana. Ada poin di mana kami enggak melihat fisik yang utama, tetapi lebih ke merchandise. Kami akan fokus ke digital," ungkap Albert.
Di satu sisi, Albert merasa optimistis album kompilasi delapan besar Rockin' Battle yang dirilis pada Oktober mendatang bakal disukai masyarakat luas. Pasalnya, album itu tidak hanya mengenalkan musik dark pop dari GHO$$ semata, tetapi juga warna-warna unik dari band lainnya.
"Kami punya komitmen di delapan besar itu. Mereka komitmen kami. Kita lihat lagi delapan pemenang genrenya banyak banget, ada musik metal dan mereka punya komunitas, lalu ada pemenang yang musiknya mewakili ke masyarakat lebih luas," ujar Albert.
Namun, Albert tak memasang target setinggi langit, dalam arti GHO$$ tak dibebani misi untuk menjadi band raksasa di industri musik mainstream.
"Gua enggak muluk-muluk mereka menjadi nomor satu, tapi mereka akan punya peran besar di band indie. Untuk memoles mereka menjadi band yang lebih luas ya enggak gampang juga, karena bukan musiknya (yang digemari masyarakat kebanyakan)," kata Albert.
"Kalau kita lihat market-nya bisa lebih besar lagi, tapi butuh untuk memolesnya lagi. Tapi kalau mereka di indie mereka akan menjadi indie yang besar. Konsisten dan awareness-nya juga besar."
"Nah GHO$$ terpilih sebagai pemenang yang membuat saya puas. Mereka perform di Australia bisa diterima, mereka punya warna yang sangat kuat, juri semua setuju. Kalau yang diterima masyarakat mungkin bisa pemenang (Rockin' Battle) nomor lima atau nomor enam," imbuhnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.