Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benyamin S, Muka Kampung Rejeki Kota...

Kompas.com - 18/09/2017, 17:53 WIB
M Latief

Penulis

KOMPAS.com - Nyang sunat atinye girang, biar kate ade nyang ilang, udeh sunat jangan telanjang, ntar digigit semut rangrang.

Lagu Penganten Sunat itu memang nyeleneh—kalau tidak mau dibilang jenaka, apalagi "nakal" gaya khas Betawi—persis dengan gaya si pelantun sekaligus penyanyinya, Benyamin Suaeb atau Benyamin S.

Lewat lagu inilah perjalanan hidup Benyamin mulai dikisahkan dalam lakon "Babe; Muka Kampung Rejeki Kota" di panggung Graha Bhakti Budaya, TIM, Jakarta, Jumat (15/9/2017) malam.

Masa kecil Benyamin yang getir tetapi penuh canda terpapar lewat iringan gambang kromong dan orkestra. Tingkah polah Benyamin yang sejak kecil sudah apa adanya, ceplas-ceplos, bahkan goblek—istilah orang Betawi yang artinya asal ngomong—tergambar di sini. 

Inilah Benyamin S. Apa yang dia bincangkan, lagu yang dia nyanyikan, canda yang dia lontarkan, serta film-film yang dia perankan, pasti bikin orang terpingkal-pingkal, bahkan bisa-bisa sakit perut saking tak henti tertawa.

Salah satu adegan dalam konser teatrikal dengan judul BABE, Muka Kampung Rejeki Kota di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Kamis, (14/9/2017). Konser teatrikal ini mengangkat kisah perjalanan hidup Benyamin Sueb ke atas panggung pertunjukan dan diselenggarakan selama dua hari pada tanggal 15 & 16 September 2017.KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG Salah satu adegan dalam konser teatrikal dengan judul BABE, Muka Kampung Rejeki Kota di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Kamis, (14/9/2017). Konser teatrikal ini mengangkat kisah perjalanan hidup Benyamin Sueb ke atas panggung pertunjukan dan diselenggarakan selama dua hari pada tanggal 15 & 16 September 2017.
Era kejayaan

Disutradarai Agus Noor, pentas "Babe; Muka Kampung Rejeki Kota" menyiratkan bahwa tokoh sekaliber Benyamin S memang perlu dibuatkan pentas sendiri, khusus, dan kelasnya bukan panggung kelurahan.

Meski berkonsep ngelenong, pentas "Babe" digarap sangat serius oleh Maudy Koesnaedi, sang produser. Duet Agus Noor dan Maudy mengemas pentas ini laiknya konser teatrikal bergaya broadway untuk mengiringi tari, gerak dan puluhan lagu yang terangkum dalam lima sketsa cerita ini.

Ide pentas diambil dari buku biografi Benyamin S berjudul Muka Kampung Rezeki Kota (2005) yang ditulis oleh Ludhy Cahyana dan Muhlis Suhaeri. Jadilah, lembar demi lembar kehidupan Benyamin S muncul ke atas panggung dalam paduan musik gambang kromong dengan orkestra.

Meski mengadopsi garapan sangat modern, pertunjukan "Babe" tetap dibuka dengan gaya lenong Betawi, yaitu menggunakan pembawa cerita atau jantuk. Setiap episode berganti, jantuk muncul dan mengisahkan cerita dengan penuh candaan.

Grrrr... Beruntung pemilihan tokoh jantuk ini jatuh pada Abang (Indra Bekti) dan Mpok Jantuk (Astry Ovie). Kurang lebih setengah jam, duet Indra-Ovie berhasil bikin perut mules lantaran tertawa terbahak-bahak sebelum pentas dimulai.

Sketsa pertama tentang Benyamin kecil yang getir pun dimulai. Lagu "Penganten Sunat" dan "Si Bango" jadi pembuka. Panggung sudah langsung meriah.

Sketsa kedua, Benyamin tumbuh remaja. Karena bukan anak orang kaya, Benyamin tak gampang dapat uang dari orangtuanya.

Buat urusan jajan, misalnya, dia kerap ngamen dari panggung satu ke panggung lain. Istilahnya, "ditanggap" orang.

Benyamin suka "ditanggap" karena punya kebisaan menyanyi dan bikin lelucon spontan. Dari masa inilah keinginan Benyamin untuk menjadi seniman panggung makin menguat.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau