JAKARTA, KOMPAS.com - Gedung Kesenian Jakarta mulai disesaki penonton sejak pukul 19.00 WIB, Selasa (14/11/2017).
Hari itu adalah hari besar bagi Alejandro Saksakame, Comi Aziz Kariko, Ivan Penwyn dan Mohammad Istiqamah Djamad yang tergabung dalam Payung Teduh.
Pelantun "Akad" ini menjadi penampil tunggal dalam konser BBM Liztomania Konser Musik Tanah Air Vol.3 Payung Teduh "Catra Adhum" di tempat sakral para seniman, Gedung Kesenian Jakarta, Gambir, Jakarta Pusat.
Lantunan "Menuju Senja" dan "Kita Adalah Sisa-sisa Keikhlasan yang tak Diikhlaskan" sukses membuka konser.
Sang vokalis, Istiqamah, menyapa penonton dengan cerita tentang mimpinya dan teman-temannya serta kenangan mereka dengan Gedung Kesenian Jakarta.
"Sedari kecil saya punya mimpi bersama teman-teman untuk bisa berkarya. Merantaulah saya, Ivan ke kota yang sangat menginspirasi album Payung Teduh. Dan tempat ini adalah tempat lahirnya naskah 'Dunia Batas' saya mainkan pertama kali dalam teater," ucapnya.
"Lalu teman-teman dari Liztomania dengan program Liztomania Konser Musik Tanah Air tiba-tiba datang bawa kabar yang bikin saya grogi untuk main di gedung yang menjadi impian semua musisi, seniman. Untuk menjunjung apresiasi seni di gedung bersejarah ini membuat saya bersyukur dan grogi," lanjutnya.
Is tak bisa menyembunyikan rasa bangganya bisa kembali ke panggung Gedung Kesenian Jakarta dalam format band.
"Ini pertama kali buat Payung Teduh. Bisa bermain di tempat yang suci ini. Ini akan kami kenang sampai mati," ujar Is yang kemudian membawakan "Kucari Kamu".
Selanjutnya Is masih mengenang masa lalu dimana semasa kuliah ia selalu bermimpi untuk bisa menggelar pertunjukan di gedung kesenian peninggalan zaman Belanda itu.
"Kuliah di Depok, merantau, setiap lihat flyer, pamflet, harga tiketnya bikin mikir beribu kali. Tempat ini banyak banget magnet,"ungkapnya.
"Dan akhirnya, setiap mimpi bisa terwujud kalau kita deketin aja terus. GKJ ini kayak magnet. Band ini kayak band udunan. Dan bisa main di tempat sakral ini, di mana saya selalu nonton pementasan-pementasan yang menitikan air mata. Lagu selanjutnya 'Tidurlah'," kata Is.
"Rahasia" pun dibawakan, disambung dengan "Biarlah" sebelum tirai panggung menutup.
Saat panggung kembali terbuka, lantunan lagu "Resah" mengalun dengan format string section oleh Institut Musik Jalanan (IMJ). Saat bagian reffrain dibawakan, suara Is menggema diikuti oleh personel Payung Teduh yang lain.
Pada lagu berikut yakni "Cerita tentang Gunung dan Laut" sosok penyanyi Monita Tahalea tampak hadir di panggung. Mengenakan minidress berwarna broken white, Monita berhasil membuat berkolaborasi dengan apik bersama Payung Teduh dan IMJ.
"Liztomania harus ada kolaborasi, ini kayak de javu, beberapa waktu lalu Monita ngajakin bikin lagu bareng," ungkap Is usai penampilannya dengan Monita.
Is kemudian melanjutkan dengan lagu "Untuk Perempuan yang Sedang dalam Pelukan". Is mengatakan lagu itu terinspirasi dari perempuan.
Ia menilai kekuatan terbesar di dunia muncul dan dihadirkan oleh sosok perempuan dan ibu. Mereka merupakan simbol kasih sayang dan dedikasi.
"Terinspirasi dari perempuan bernama Jingga dan ibunya yang sedang tertidur. Semoga kita bisa menjaga keluarga, wanita yang kita sayangi, dari narkoba. Karena mereka target utama saat ini," lanjutnya.
Selanjutnya, Is pun mengungkapkan keresahannya atas Bahasa Indonesia yang kini semakin terpinggirkan. Menurut Is, ketika tidak lagi dipakai maka hilanglah Bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa.
"Kenapa kami enggak ada lagu bahasa Inggris? Karena bahasa Inggris kami katrok. Dan ini identitas kami. Ketika Bahasa Indonesia pelan-pelan tersisihkan. Hanya diperhatikan kaum akademis. Sampai tidak tahu betapa indahnya bahasa Indonesia," papar Is.
Is dan pemain keyboard Alejandro Saksakame kemudian membawakan lagu "Tanah Airku". Sebelumnya, Is mengatakan ingin membuat sebuah film musikal tentang Indonesia.
Konsep panggung begitu berbeda ketika lagu berikutnya "Berdua Saja" dibawakan. Panggung ditata seperti ruang tamu yang nyaman lengkap dengan tatanan lampu temaram. Penari teatrikal meliukkan tubuhnya seiring alunan musik Payung Teduh.
Melamar di lagu Akad
Sejurus kemudian Is tiba-tiba turun dari panggung dan menggenggam tangan seorang perempuan dan menuntunnya ke panggung.
"Saya berpikir seandainya semua kegundahan bisa ditumpahkan, ke perempuan, untuk bisa mengajaknya hidup bersama. Ah. Saya hanya berangan-angan, untuk bisa memegang tanganmu," ujar Is.
[Baca juga : Vokalis Payung Teduh Pamit]
"Keberanian yang sangat sulit mengundang ke tempat ini. Apakah kau bersedia menjadi istriku?," ucap Is.
Namun ucapan itu rupanya hanya gladi resik untuk proses lamaran oleh seorang pria yang sedari tadi sudah menunggu di belakang panggung. Lamarannya pun diterima.
"Terima kasih kepada panitia, ini akan menjadi hari yang dikenang dalam hidup saya. Cintaku, pada malam yang berharga ini, saya ingin mengajak kamu untuk serius menempuh hidup yang akan panjang nanti. Apakah kamu menerima keseriusan ini?" ungkap sang pria yang dijawab dengan anggukan sang kekasih.
[Baca juga : 5 Fakta di Balik Lagu Akad Milik Payung Teduh]
"Semoga cita-cita kalian tercapai. Kebahagiaan jadi jalan utama. Selamat kawan," kata Is.
"Lagu yang akhirnya hadir dan jadi rame kemarin gara-saya bilang, karena banyak yang jualan ya, saya enggak tahu gimana bisa seperti itu. Semoga bisa lebih bijak lagi," lanjut Is sebelum membawakan "Akad.
[Baca juga : Tiga Bocoran Album Terbaru Payung Teduh]
Payung Teduh mengaturkan "Angin Pujaan Hujan" sebagai lagu pamungkas. Namun penonton masih belum rela berpisah. Para personel Payung Teduh kembali ke panggung dengan lagu "Di Ujung Malam".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.