Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Balik Gemerlap Kehidupan Bintang K-pop

Kompas.com - 21/12/2017, 06:23 WIB

KOMPAS.com - Selama beberapa dekade, para bintang K-pop menjadi impian para remaja Korea yang melihat kehidupan para idola yang glamor dan mewah.

Namun surat terakhir mendiang Jonghyun SHINee mengungkap sisi lain kehidupannya sebagai bintang K-pop. Di balik gemerlap kehidupannya, Jonghyun mengalami depresi berat.

Surat Jonghyun menggambarkan pergulatannya hidup di bawah sorotan publik. Segala sisi kehidupannya dipantau dan dinilai. Ada pujian setinggi langit, sebaliknya kritik tajam pun bisa dengan mudah datang.

Di balik senyum penuh percaya diri di panggung, banyak bintang K-pop, termasuk Jonghyung, pernah blak-blakan bicara tentang depresi dan tekanan yang mereka hadapi.

Dalam sebuah program televisi setempat, Jonghyun mengakui sulit baginya berbicara tentang perasaannya, kekhawatirannya dihakimi publik, dan bahwa dia tidak memiliki orang tempat bersandar.

Contoh lainnya, Choa, yang meninggalkan girl band AOA karena mengalami depresi dan insomnia berkepanjangan.

Atau Hani dari EXID yang berterus terang dalam sebuah acara televisi tentang keinginannya menjadi konselor kesehatan mental dengan harapan bisa membantu para trainee idola yang kerap mengalami stres berat.

Dua identitas

Leader boyband BTS, RM, bercerita tentang pengalamannya membaca komentar "jahat" dari netizen.

"Saya pernah memikirkan sebuah komentar jahat dari netizen dengan perasaan 'saya tidak suka orang ini' selama lima jam dan lima hari," kata pemuda 23 tahun itu.

Para pakar berpendapat ada beberapa hal yang menyebabkan para selebritas menjadi rentan depresi.

Psikiater dari Asan Medical Center di Seoul, Kim Byung-soo, mengatakan kondisi psikologi yang tidak stabil serta pemisahan identitas (sebagai artis dan warga biasa) merupakan salah satu penyebab utama depresi di kalangan selebriti.

Kim Byung-soo sendiri menangani sejumlah selebritas yang mengalami hal tersebut.

"Studi psikologi menunjukkan bahwa selebritas, yang terlibat dalam aktivitas kreatif dan artistik, memiliki kemungkinan tinggi mengalami depresi dibandingkan warga kebanyakan," kata Kim seperti dikutip Korea Herald, Rabu (20/12/2017).

"Orang dengan profesi seperti itu mudah mengalami perubahan suasana hati dan emosi dibandingkan yang lain. Itu elemen yang terkait depresi," lanjut Kim.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau