Kita mengenal mereka berpameran dan mewakili Indonesia dalam ekshibisi-ekshibisi penting nasional dan sebagian malahan mewakili Indonesia ke seluruh penjuru dunia dengan pameran penting kelompok, seperti di event “Awas, Recent Art from Indonesia” tahun 2001.
Dalam catatan lain, mereka yang berhasil menang dalam sayembara seni juga berpameran di Davos (1997), Moscow (2000), Madrid (2001), Berlin (2005) dan tentunya di IAA (Indonesia Art Award) untuk konteksnya merebut ASEAN Art Award.
Yayasan seni ini kembali hadir tahun ini dengan sodoran karya-karya yang dipresentasikan oleh partisipan kompetisi lokal dengan medium komik dan akan digelar di Galeri Nasional Indonesia.
Sepuluh tahun terakhir, sayembara seni rupa benar-benar menjadi “ajang pencarian bakat” besar-besaran yang menarik perhatian publik seni rupa dengan beragam metode dan gaya penyelenggaraan.
Ada BaCCA (Bandung Contemporary Art Award) yang mengkhususkan diri pada seniman-seniman muda yang dianggap memiliki karya seni kontemporer dengan medium seni termutakhir: instalasi-video sampai digital art. Kompetisi ini telah memasuki tahun ke-6 digelar di artspace Lawangwangi, Bandung.
Sementara itu, wakil dari institusi pemerintah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan Museum Basoeki Abdullah-nya hadir dengan ajang sayembara bernama Basoeki Abdullah Art Award (BAAA) yang menuju ke tahun ke-4 pada 2018.
Kompetisi BAAA digelar secara rutin di akhir tahun tiap tiga tahun sekali; untuk menyeleksi perupa-perupa muda potensial dengan mengkhususkan pada medium lukisan. Tentunya dengan pertimbangan menauladani jejak warisan pelukis Basoeki Abdullah.
Jika kita tengok di pusat budaya Bentara Budaya, Jakarta, kita juga akan menjumpai tahun ini ada perhelatan besar Triennale Seni Grafis Internasional 2018, di mana event terdahulu terselenggara sejak 2003. Tepatnya, dihelat tiap tiga tahun sekali, yang tahun ini memasuki tahun ke VI.
Dari juri dan kuratornya, kita mendapatkan informasi adanya komitmen utama lembaga seni dan budaya itu untuk kembali mengajak para perupa mencintai dan mengapresiasi karya-karya seni grafis yang telah demikian maju.
Potensi para perupa seni grafis Indonesia dan daya ungkapnya yang kaya serta paling penting ini: kompetisi ini telah diikuti berbagai partisipan mewakili 21 negara pada 2015 lalu dari berbagai belahan dunia.
Kegiatan lainnya, sangat disayangkan tak serutin pergelaran sayembara yang disebut sebelumnya, karena berbagai sebab, dengan juri-juri terpilih, penyelenggara yang berpengalaman dan partisipan yang membludak sebagai contoh: Indofood Art Award, Nokia Art Award, Total Indonesie dll. Ada pula yang bahkan mewakili institusi BUMN kita, Mandiri Art Award, dengan didukung penuh Bank Mandiri hanya sekali digelar, kemudian menjadi “almarhum” sampai saat ini.
Kehadiran UOB Painting of The Year
Semenjak 8 tahun lalu publik seni kita juga mengenal ajang sayembara UOB Painting of The Year untuk seni lukis yang digelar tiap tahun. Sepertinya, pihak penyelenggaranya tak mengenal lelah dan gigih memperjuangkan seniman lokal kita di tingkat ASEAN.
Bank UOB memang berniat menjalankan program CSR (Corporate Social Responsibility) dengan misinya mengembangkan seni, pendidikan dan kehidupan yang layak bagi anak-anak.
Berbasis di Singapura, Bank UOB yang dikenal seantero Asia ini ingin menampilkan kekuatan seniman-seniman di Asia Tenggara. Dihelat di Singapura UOB Southeast Asian Painting of The Year sejak 1983 dan di Indonesia baru memulainya pada 2011 lalu.