"Jadi, aku juga masukin Macan Cisewu itu persis setelah kejadian yang kemarin ada yang being fired gara-gara dia masukin sesuatu yang ada muatan SARA gitu ya. Aku sengaja masukin elemen Cisewu itu to prove the society di Indonesia bahwa, 'Ini lho masukin cameo atau trivia ke komik yang sehat, yang bener, yang boleh itu ya seperti ini'," tegas pria yang gemar menggambar sejak kecil ini.
Berkarier di Kancah Internasional
Bisa menjadi komikus untuk perusahaan asing sebenarnya merupakan sebuah kejutan bagi karier Ario Anindito.
Ia bersyukur dengan adanya teknologi internet yang menjadi medium baginya untuk memajang karyanya di berbagai situs seni.
"Nah, rupanya, dari salah satu website itu, hasil karya saya di-notice oleh salah seorang agency seniman di Italia. Terus, dia kirim e-mail ke saya. Dia bilang, 'I realy love your artwork and I was wondering if I can represent you as an artist, so I become your manager atau agent,' gitu," kenang pria yang lahir pada 1984 ini.
Awalnya, Ario merasa kurang yakin. Namun, akhirnya ia memutuskan untuk menjalin kerja sama dengan agen tadi, yang kemudian pada 2012 menghubungkannya dengan perusahaan pesaing Marvel, yaitu DC Comics.
Salah satu komiknya yang dirilis oleh DC Comics adalah Red Hood and the Outlaws #10.
Bakatnya kemudian dilirik oleh Marvel Comics pada 2014. Bisa bekerja untuk Marvel pun tidak mudah. Ia harus melalui semacam proses audisi.
"Waktu itu aku dikasih script Guardians of the Galaxy, aku diminta untuk bikin lima halaman sample and then I choose the scene where Gamora is being chased by the villain," paparnya.
Marvel pun menyukai hasil karyanya dan menanyakan karakter favoritnya Marvel.
"And then I told them it was always The X-Men. Terus, dia bilang, 'Oke, kalo gitu kamu mau enggak ngerjain seri Wolverine?' I said, 'Do I really have to answer that'," kenang Ario lalu tertawa.
Oleh Marvel Comics Ario dipercaya sebagai penciler dan inker. Biasanya, naskah yang ia terima dari penulis di Marvel kemudian ia pelajari dan pindahkan ke kertas dalam bentuk panel-panel komik, untuk satu komik atau 20 halaman.
Proses mengerjakan satu komik biasanya memakan waktu lima minggu.
"Sudut pandangnya, ekspresinya itu, aku yang nentuin," kata komikus yang juga pernah mengerjakan komik tokoh anti-hero Venom dan komik Agents of S.H.I.E.L.D ini.
"Setelah jadi tumbnails, semua halaman dikirim ke editor. Kalau sudah dapat approval and then aku mulai bikin (gambar dengan) pensil di kertas yang sebenarnya. Jadi, kertas yang ukurannya lebih besar. Sudah jadi pensilnya, langsung aku tebelin pakai tinta. Di-inking namanya," lanjutnya.
Mengingat ia bekerja dari Bandung, perbedaan waktu terkadang menjadi tantangan baginya, karena jam kerja yang terbalik.