Lentera Batukaru, Tutup Agenda Mei 2019 Bentara Budaya Bali

Wayan Westa, yang lahir di Klungkung, Bali, juga jurnalis. Tulisannya masuk ke, antara lain, Bali Post, Kompas, dan Radar Bali.

Ia menyunting sejumlah buku yang diterbitkan oleh Yayasan Obor Indonesia, yaitu Wulan Sedhuwuring Geni (Antologi Cerpen dan Puisi Daerah), Seribu Kunang-kunang di Manhattan (terjemahan dalam 13 bahasa daerah), Sunari (novel bahasa Bali karya Ketut Rida), dan  Rabindranath Tagore.

Ia menulis buku Tutur Bali, yang diterbitkan oleh Yayasan Deva Charity, Utrecht, Belanda.

Baca juga: Kartun Ber(b)isik Dihadirkan di Bentara Budaya Bali

Putu Setia lahir di Desa Pujungan, Kabupaten Tabanan, Bali. Ia pernah menjadi wartawan di sejumlah media.

Ia juga menulis kolom Cari Angin di Koran Tempo (dirangkum dan diterbitkan pada 2014).

Cerita-cerita pendeknya terkumpul dalam sebuah buku antologi berjudul Intel dari Comberan (1994).

Dua cerita pendeknya juga pernah dimuat dalam sebuah antologi berjudul Bali Behind The Seen (1996), yang disunting oleh Vern Cork.

Ia juga menulis esai tentang kehidupan di Bali, yang dikompilasi ke dalam buku Menggugat Bali (1986) dan edisi revisinya terbit pada 2014 dengan judul Bali Menggugat.

Buku tersebut berlanjut dengan buku-buku Mendebat Bali (2002) dan Bali yang Meradang (2006).

Ia menulis pula buku Wartawan Jadi Pendeta (2013), yang bercerita tentang dirinya yang beralih dari wartawan menjadi pemuka agama.