JAKARTA, KOMPAS.com -- Bentara Budaya Bali, di Ketewel, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar akan segera dibuka kembali untuk masyarakat, setelah liburan Lebaran.
Bentara Budaya Bali pada Sabtu (8/6/2019) mulai pukul 18.30 WITA akan mengadakan acara pembukaan pameran seni rupa Arc of Bali: Reloaded Project #2019 "X"-tion.
Pameran itu akan dilangsungkan pada 9-18 Juni 2019, tiap pukul 10.00-18.00 WITA.
Baca juga: Lentera Batukaru, Tutup Agenda Mei 2019 Bentara Budaya Bali
Pameran yang merupakan kerja sama Bentara Budaya Bali dengan Gurat Institute dan didukung Richstone Art & Design itu akan diikuti oleh 20 perupa muda dari Bali.
Mereka adalah Ida Bagus Gde Adi Jaya Artha, Agus Ramantha, I Made Budiyasa, Luh Gede Gita Sangita Yasa, Ngakan Putu Agus Arta Wijaya, Ni Nengah Mega Risna Dewi, I Kadek Suardana, I Ketut Suryawan, I Wayan Suwarita, Tri Akta Bagus Prasetya, I Made Marthana Yusa, Putu Suhartawan, Putu Dudik Ariawan, I Nyoman Kariasa, I Made Jendra, I Nyoman Suarnata "Rako", I Gede Jaya Putra "Dekde", I Ketut Kerta Yoga, Luh De Widya, dan Ketut Gede Susana.
Wayan Seriyoga Parta dan Made Susanta Dwitanaya dari Gurat Institute menjadi para kurator untuk pameran tersebut.
Baca juga: Film Si Mamad Karya Sjuman Djaja Akan Diputar di Bentara Budaya Bali
Arc of Bali: Reloaded Project #2019 "X"-tion mengedepankan potensi dari para seniman baru yang dinilai memiliki capaian stilistik dan tema yang otentik itu.
Para perupa muda tersebut merespons tema "X"-tion dalam judul pameran itu.
Pihak penyelenggara pameran itu menyebut bahwa kita kini berada pada era lintas batas. Kecanggihan teknologi informasi merupakan keniscayaan yang mendorong kita untuk melihat secara kritis berbagai hal yang baku.
"X"-tion selaras dengan kenyataan tersebut.
Mengacu ke catatan pengantar pameran-pameran di Bentara Budaya Bali selama ini serta menyimak dinamika berkesenian di Bali khususnya dan Indonesia umumnya dan karya-karya dalam pameran itu, menurut pihak Bentara Budaya Bali tak berlebihan jika kita meyakini bahwa pada masa tertentu kelak, sebagaimana telah ditunjukkan melalui karya-karya masterpiece, apa yang disebut tradisional, modern, dan kontemporer boleh jadi bukan lagi bersifat dikotomis dan problematis, apalagi untuk dipertentangkan sebagai melulu yang lampau dan yang kini.
Diharapkan, para perupa muda akan terpicu juga melahirkan karya-karya masterpiece, yang mampu melampaui hal-hal yang bersifat dikotomis dan problematis.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.