Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Fakta Menarik Gundala, Kostum Dibuat di AS hingga Pesan Abimana

Kompas.com - 23/07/2019, 08:46 WIB
Tri Susanto Setiawan,
Andi Muttya Keteng Pangerang

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Cerita jagoan asli Indonesia, Gundala, akhirnya dibuatkan versi film oleh rumah produksi BumiLangit Studios dan Screenplay Films bekerja sama dengan Legacy Pictures.

Film ini ditangani oleh sutradara yang sukses lewat film horor Pengabdi Setan, Joko Anwar. Sementara pemeran Gundala alias Sancaka adalah artis peran Abimana Aryasatya.

Gundala Putra Petir merupakan karakter komik karya mendiang komikus Harya Suryaminata atau Hasmi yang lahir pada 1962.

Total 23 komik sudah diterbitkan oleh Hasmi sepanjang hidupnya. Kini hak cipta Gundala dipegang oleh Bumilangit, rumah bagi lebih dari 1.000 karakter komik Indonesia.

Gundala sendiri identik mengenakan kostum ungu dengan topeng yang memiliki ornamen sayap pada bagian telinga kiri dan kanannya.

Sebelum versi layar lebarnya tayang pada 29 Agustus 2019 mendatang, Kompas.com merangkum beberapa fakta terkait film Gundala:

1. Kostum Gundala

Abimana Aryasatya berkostum Gundala dalam trailer film Gundala.YouTube/Screenplay Films Abimana Aryasatya berkostum Gundala dalam trailer film Gundala.
Kostum Gundala yang dikenakan oleh Sancaka dan diperankan oleh Abimana Aryasatya dibuat di Los Angeles (LA), Amerika Serikat.

Kostum itu dibikin di tempat yang sama dengan kostum Watchmen dan Daredevil dibuat. Joko berujar bahwa detail-detail dalam kostum tersebut amat diperlukan untuk menunjang hasil yang bagus.

2. Pengukuran 3D

Kostum Gundala yang dipamerkan di acara Pasar Komik Bandung, Sabtu (13/7/2019).Dok. Screen Play Production Kostum Gundala yang dipamerkan di acara Pasar Komik Bandung, Sabtu (13/7/2019).
Dalam prosesnya, Abimana juga harus terbang ke LA untuk menyesuaikan ukuran kostum tersebut. Proses pengukuran bahkan menggunakan alat digital.

"Ini paling menarik sih. Gua harus 3D scene satu badan, cuma pakai kolor doang dalam satu ruangan," kata Abimana.

Abimana mengira pengukuran dilakukan secara tradisional, namun rupanya dengan tekni 3D scene untuk mendapatkan detail yang seakurat mungkin.

"Ternyata pekerjaan kebanyakan orang keturunan Indonesia. Gua lagi panas-panasin sih biar mereka balik ke Indonesia. Biar biaya produksi jadi murah," kata Abimana lalu tertawa.

3. Libatkan 1.800 orang

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau