Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Film Pendek Tak Ada Yang Gila di Kota Ini Masuk Busan International Film Festival 2019

Kompas.com - 04/09/2019, 21:39 WIB
Andika Aditia,
Andi Muttya Keteng Pangerang

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Film pendek Indonesia berjudul Tak Ada yang Gila di Kota Ini (No One is Crazy in This Town) garapan sutradara Wregas Bhanuteja terpilih untuk berkompetisi dalam Busan International Film Festival (BIFF) ke-24 pada 3-12 Oktober 2019 di Korea Selatan.

Film yang dibintangi oleh Oka Antara ini masuk dalam program kategori Wide Angle: Asian Short Film Competition.

Film pendek yang diproduseri Adi Ekatama dari Rekata Studio ini juga akan melakukan world premiere di salah satu festival film terbesar di Asia tersebut.

Nantinya, selama penyelenggaraan BIFF 2019 nanti, Tak Ada yang Gila di Kota Ini menjadi salah satu dari 300 film dari 70 negara yang terpilih untuk diputar di 30 layar bioskop di Busan.

Seperti dikutip dari situs resmi Busan International Film Festival, biff.kr, Rabu (4/9/2019), film Tak Ada Yang Gila di Kota Ini bersaing dengan sembilan film lainnya dari berbagai negara.

Beberapa judul film lainnya yang bersaing dengan Tak Ada Yang Gila di Kota Ini adalah Reprise, Sweet, Salty, Maulen, KALAM, dan Birdland.

Baca juga: Wregas Bhanuteja: Piala yang Hangat

Wregas menulis skenario film ini dengan mengadaptasi cerpen berjudul sama karya sastrawan Eka Kurniawan.

Cerpen Tak Ada yang Gila di Kota Ini sendiri telah diterbitkan dalam buku Cinta Tak Ada Mati oleh Gramedia Pustaka Utama pada 2018.

Sementara film Tak Ada yang Gila di Kota Ini berkisah soal waktu liburan yang telah tiba.

Bos salah satu hotel besar dan berpengaruh di kota memerintahkan Marwan (Oka Antara) dan teman-temannya untuk mengangkuti semua Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) yang masih berkeliaran di jalan-jalan raya dan dibuang ke hutan.

Sebab, si Bos tidak ingin kehadiran mereka mengganggu para turis dan merusak wajah kota.

Alih-alih membiarkan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) ini tewas di hutan, ternyata Marwan punya rencana rahasia.

Baca juga: Film Panjang Pertama Wregas Bhanuteja Setelah Prenjak

Dalam keterangan tertulis, Rabu (4/9/2019), Wregas merasa kurasan emosi berkait kekuasan dan penindasan menjadi faktor utama dirinya menggarap cerpen tersebut untuk diangkat ke sebuah film.

“Pertimbangan pertama mengapa memilih cerpen ini adalah emosi. Saat membacanya, saya merasakan emosi kemarahan yang sama terhadap suatu hal, yakni kuasa," ucap Wregas.

Bagi Wregas yang pernah memenangkan Leica Cine Discovery Prize, Best Short Film - 55th Semaine de la Critique, dan Cannes Film Festival 2016 lewat film pendek Prenjak, kekuasaan cenderung digunakan untuk menindas dan mewujudkan ambisi tanpa memikirkan mereka yang tertindas dari ambisi tersebut.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau