VIRGINIA WOOLF memungut batu-batu sungai, lalu mengantunginya ke dalam jasnya hingga dia merasa tubuhnya terasa berat. Perlahan dia melangkah ke tengah sungai, hingga akhirnya dia tak terlihat lagi...
Adegan ini adalah bagian yang pendek dari film "The Hour" (Stephen Daldry, 2002) yang masih melekat di benak saya.
Nama ini adalah salah satu sastrawan Inggris yang wajib saya pelajari harus membaca semasa kuliah.
Selain Woolf, tentu saja saya mengenal nama penyair dan novelis Amerika Sylvia Plath yang menyalakan oven gas untuk menghabiskan nyawanya, atau penyair Anne Sexton.
Di masa modern, kita juga mengenal nama aktor Robin William yang juga mengakhiri hidupnya dengan menggantung diri karena depresi yang tertutup oleh kemampuan komedinya yang dahsyat.
"Jelajah Jiwa, Hapus Stigma: Autopsi Psikologis Bunuh Diri Dua Pelukis" adalah sebuah buku karya psikiater dan penulis Nova Riyanti Yusuf yang mencoba membuat kajian dengan tema tersebut.
Diterbitkan dan diluncurkan Penerbit Buku Kompas, Maret lalu, buku ini semula adalah tesis S2 Nova yang menyajikan berbagai teori suicide dengan menggunakan dua kasus bunuh diri yang dilakukan dua pelukis muda Indonesia pada tahun 2003 dan 2006.
Dalam podcast episode terbaru "Coming Home with Leila Chudori", Nova menyatakan seperti yang juga disampaikan dalam pengantar bukunya bahwa seniman adalah kelompok rentan untuk "membunuh diri".
Meski demikian, Nova mengakui tentu saja ada persentase tertentu di mana kelompok usia lain (seperti remaja dan lansia) dan profesi lain yang melakukan tindakan tersebut.
"Tetapi pada usia lansia selalu lebih mudah untuk intervensi sehingga terjadi pencegahan," katanya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.