Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Kemahadahsyatan Alam Semesta

Kompas.com - 30/12/2020, 10:08 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BAGI yang masih belum yakin bahwa manusia tidak bermakna apa pun dibandingkan dengan kemahadahsyatan alam semesta, silakan coba merasakan kemahadahsyatan apa yang disebut sebagai Galaksi Andromeda.

Kosmologi

Konon menurut para kosmolog, galaksi yang disebut sebagai Andromeda sebagai nama putri raja Cepheus dan ratu Kasiopeia dari kerajaan Aethiopia adalah galaksi terdekat dengan Galaksi Bima Sakti di samping satu di antara segelintir galaksi yang bisa dilihat dengan mata tanpa alat bantu dari planet bumi.

Baca juga: Peta Galaksi Bima Sakti Terungkap, Bumi Menuju Lubang Hitam?

Sebuah literatur menyebutkan, dalam 4,5 miliar tahun sejak masa kin, Galaksi Andromeda akan bertabrakan dengan Galaksi Bima Sakti yang diduga akan melebur menjadi sebuah galaksi eliptikal berukuran luar biasa.

Baca juga: Mengagumkan, Peta Galaksi Bima Sakti Ini Ungkap Pergerakan Miliaran Bintang

Galaksi Andromeda alias M31 ditemani 14 galaksi berukuran lebih kecil termasuk M32, M110 dan M33 alias Galaksi Triangulum. Andromeda bergerak mendekati Bima Sakti dengan kecepatan 100 sampai dengan 140 kilometer per detik.

Silakan hitung sendiri betapa besar jarak perjalanan Andromeda untuk mendekati Bima Sakti sehingga bertabrakan dalam waktu 4.500.000.000 tahun atau 45 juta abad lagi.

Hipotesa

Anggap saja usia manusia rata-rata maksimal sekitar 100 tahun alias satu abad maka masih ada waktu sampai 45 juta (!) generasi keturunan kita di masa depan secara berkesinambungan. 

Peta 3D galaksi Bima Sakti yang dirilis European Space Agency (ESA).ESA/Gaia/DPAC via NEW YORK POST Peta 3D galaksi Bima Sakti yang dirilis European Space Agency (ESA).

Sampai Andromeda menyatu dengan Bima Sakti, yang belum diketahui apakah benar-benar berhasil menyatu atau malah kiamat bagi Andromeda mau pun Bima Sakti.

Andaikata Bima Sakti bergerak dengan kecepatan yang sama dengan Andromeda maka Bima Sakti akan berjumpa Andromeda pada masa 4.500.000.000 tahun dibagi dua sama dengan 2.250.000.000 tahun lagi berarti juga masih cukup lama dari masa kini untuk terjadi.

Baca juga: Peneliti Temukan Galaksi Terjauh dan Tertua di Alam Semesta

Sebelum ada mesin waktu yang mampu mempercepat waktu jika ada manusia dari planet bumi di Bima Sakti mau meluncur dengan kecepatan cahaya ke satu bintang terdekat di antara setriliun bintang pada konstelasi Galaksi Andromeda, maka konon menurut para pakar astromatematika dibutuhkan waktu sekitar minimal 2,54 juta tahun (!) kecepatan cahaya.

Menurut imajinasi para kosmolog spesialis galaksi, Andromeda memiliki nukleus ganda yang memiliki bukan hanya klaster bintang di jantungnya namun juga minimal satu lubang-hitam super masif.

 

Dua lengan spiral Andromeda terdistorsi interaksi gravitasional M32 dan M110 masih ditambah cincin debu semesta yang berasal dari M32 berukuran lebih kecil diduga terjadi pada beberapa ratus juta (!) tahun yang lalu.

Minimal ada 450 klaster globular mengorbit di sekitar mau pun di dalam wilayah Galaksi Andromeda. Di antaranya termasuk beberapa globular klaster paling padat yang pernah dibayangkan oleh daya-khayal otak manusia.

Mahadahsyat

Demi bisa merasakan kemahadahsyatan alam semesta, saya hanya bisa membayangkan bahwa untuk mencapai kecepatan satu tahun-cahaya saja saya harus mengelilingi planet bumi minimal duaratus-tigapuluhenam-juta (!)-limaratusribu kali!

Dengan bahasa superlatif, fenomena ini spektakular kolosal, yang secara imajinatif bersentuhan dengan kualitas sekaligus kuantitas mahadahsyat tentang Galaksi Andromeda,  yang sulit terbayangkan maknanya oleh otak seorang manusia awam bahkan buta kosmologi seperti saya ini.

Saya yakini bahwa diri saya pada hakikatnya terlalu amat sangat jauh lebih kecil, telalu amat sangat jauh lebih tidak berarti, dibandingkan dengan kemahadahsyatan alam semesta yang pada hakikatnya mustahil diukur dengan daya-ukur manusia. Karena ini kemahadahsyatan alam semesta yang diciptakan Yang Maha Kuasa.

 

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau