Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bambang Asrini Widjanarko
Kurator seni

Kurator seni, esais isu-isu sosial budaya, aktivis, dan seorang guru. Kontak: asriniwidjanarko@gmail.com

Entang Wiharso dan Lansekap Fisik, Psikologi, serta Fenomena

Kompas.com - 08/12/2020, 20:36 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PADA awal Desember ini, seniman Entang Wiharso menggelar Bincang Virtual dan Presentasi Visualnya bersama Can’s Gallery pada para apresian di Tanah Air.

Sejak Entang mendapatkan fellowship dari John Simon Gugenheim Memorial Foundation pada Juni 2019-Juni 2020 di New York, AS, karya-karya terbarunya memang memberi kejutan-kejutan.

Kali ini ia akan mengulik menyoal lansekap fisik, psikologis dan fenomena-fenomena yang terjadi di Tanah Air keduanya, yakni: Amerika Serikat. Entang akan membawa Bincang Virtual dan Presentasi visualnya dengan tajuk Promising Land Chapter 2.

Sebagai salah satu seniman kontemporer yang mewakili Indonesia secara global dan selalu dinanti-nanti karya termutakhirnya oleh pencinta seni, Entang mengeksplorasi bagaimana mengungkap lansekap fisik yang berhubungan dengan kontur tanah, topografi, karakter dan jenis populasi. Juga tipikal objek dan artefak fisik serta sarana-prasana sebuah tempat secara optikal.

Selain itu, ia menguak lansekap psiko-geografis merujuk pada sejarah sebuah tempat khusus dan pengalaman personal yang berkelindan dengan tempat secara lebih luas, semacam upaya “memotret” ingatan komunal dengan kode-kode visual representasi dari sebuah masyarakat.

Baca juga: Pameran Seni Rupa Sugih Ora Nyimpen, Gambarkan Sosok Mendiang Jakob Oetama

Entang juga menafsirkan lansekap fenomena, yakni sekumpulan peristiwa sejarah dengan usahanya menyingkap, terutama peristiwa-peristiwa khusus yang besar dan penting yang terjadi di Amerika yang lalu dan terkini. Kemudian ia kristalkan dalam pengalaman sangat personal, seterusnya memproyeksikannya realitas itu dengan relasinya antara Indonesia dan Amerika.

Dalam perspektif geografi kultural (cultural geograhpy) bagian dari kajian geografi manusia (human geography) yang didekatkan pada Entang Wiharso dalam karyanya kali ini bukan sekadar memaparkan objek material.

Namun, sarat makna simbolis, kode-kode visual yang perlu diterjemahkan konteksnya secara kompleks yang bisa menggunakan teknik pembacaan berbeda, semisal ikonografi-geografik sekaligus psikoanalisa.

Selain, praktik-praktik tafsir tinjauan representasional yang perlu dikaji dengan analisisnya yang terelasi kajian tentang kekuasaan (politik). Para cendikia pendekatan geografi kultural sangat berharap pendekatan trans-disipliner membantu memahami karya-karya seni kontemporer dengan kajian-kajian yang lebih majemuk seperti karya seni Entang Wiharso ini.

Entang Wiharso yang menamatkan studinya di Institut Seni Indonesia di Yogyakarta, yang ia memang mengintimasi dua budaya. Sejak 1997 hilir-mudik Yogyakarta-Amerika Serikat, maka tak heran keluarganya yang memeluk fenomena bikultural dan birasial tentu mewariskan keyakinan-keyakinan spiritual dan pandangan ideologi kolektif yang majemuk pula.

Ia dikenal memang piawai menggunakan bahasa visual yang dramatis, entah video, lukisan pun instalasi bermateri aluminium industrial serta seni performansnya dengan karakter yang unik.

City on the Move, 2019-2020, aluminum, car paint, resin, thread, color pigment, polyurethane, 78.7 x 197 x 4 in.Entang Wiharso City on the Move, 2019-2020, aluminum, car paint, resin, thread, color pigment, polyurethane, 78.7 x 197 x 4 in.
Sementara oeuvre atau inti karya seninya selama 25 tahun terakhir terkait dengan mitologi berusia berabad-abad dengan mewakilkan sosok-sosk enigmatik yang dikombinasikan kehidupan terkini gaya hidup hyper connected via internet abad ke-21.

Dari masalah universal tentang kekuasaan, tragedi, cinta dan kemanusiaan sampai rasa penasarannya dengan konsep ideologi, filsafat pun geografi.

Seniman fenomenal ini membingkai sedemikian rupa ekspresi visualnya dengan strategi kritik sosial, provokasi kognitif tentang identitas dua budaya sampai gambaran yang rumit tentang psikologi ambang bawah sadar diri manusia.

Identitas, politik dan pandemi

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau