Dari sana, kekuatan kemandirian pemulihan ekonomi seperti yang dilakukan UOB Indonesia dengan komitmennya atas ajang sayembara seni sebagai salah satu pilar dalam infrastruktur seni kita, patut diapresiasi.
Sementara, seperti kita tahu bahwa masih minim tersedianya infrastruktur pun suprastruktur di seni rupa Indonesia, dibincangkan pula dalam sesi webinat tersebut; taruhlah sebagai misal: terbatasnya jumlah museum, galeri nasional, kantung-kantung komunitas, sumber daya manusia, seperti: akademisi seni, penulis dan kurator dll.
UOB Indonesia cukup bisa ditauladani bagi korporat privat yang lain, yang mungkin di masa depan ikut memberi sumbangsih membangun ekosistem seni rupa yang baik dan sehat.
Mengingat bahwa karya seni, seniman dan ekosistem didalamnya tak hanya menyoal ekonomi, tapi lebih upaya semacam kemampuan manusia menemukan diri dan lingkungannya, yakni lewat pendidikan seumur hidup melalui transmisi ilmu pengetahuan dan estetika didalamnya; selain ada juga energi spiritual di dalamnya.
Karya seni dan seniman juga sebagai gambaran tentang sejauh mana sebuah masyarakat multukultural memberi jejak dan merayakannya, serta tentu saja: identitas tentang keindonesiaan kita dalam kancah global.
Kembali pada kompetisi seni, sayangnya sejumlah korporasi raksasa milik negara, yang sempat beberapa waktu lalu menyelenggarakan sayembara sejenis, tak mampu konsisten bertahan. Beberapa Institusi berbentuk BUMN itu, dalam hitungan tahun, tak sampai sebelah jari tangan penyelenggaraan sayembara terpaksa terhenti dengan berbagai sebab. (Bambang Asrini Widjanarko)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.