Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dendang Bantilang: Pilih Bikin Kapal Pinisi atau Jadi TKI

Kompas.com - 22/04/2019, 13:09 WIB
Ati Kamil

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com -- Tiga film tugas akhir mahasiswa Program Studi (Prodi) Film dan Televisi Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta akan dipertontonkan dalam acara Sorot Kelir Bentara: Kisah yang Terserak di Balai Soedjatmoko Solo.

Pemutaran film-film itu akan diadakan pada Selasa, 23 April 2019, mulai pukul 19.00 WIB.

Film-film itu juga akan menjadi bahan diskusi di tempat dan pada hari yang sama.

Tiga film itu adalah Dendang Bantilang karya M Ikhwan Muharram, Manunggal karya Dior Octrianto Pamungkas, dan Mole karya Dimas Dwi Wardana.

Baca juga: Banyak Film dalam Agenda Bentara Budaya Minggu Terakhir April 2019

Film-film tersebut dibikin untuk tugas akhir mereka. Film-film itu diputar untuk publik sebagai wujud pertanggungjawaban pihak Prodi Film dan Televisi ISI Surakarta kepada publik, khususnya para warga Solo.

Pemutaran film-film tersebut ditujukan untuk sekaligus menunjukkan contoh film-film dengan cerita yang mendekatkan para penonton ke akar sejarah dan budaya lokal Indonesia.

Disebut, tak banyak film macam itu dibikin dalam industri film Indonesia.

Baca juga: Bentara Budaya: Di Jakarta Film Benyamin S, di Bali Film Anti Korupsi

Pewarisan tradisi dalam pembuatan kapal pinisi di Sulawesi Selatan dijadikan bingkai cerita oleh M Ikhwan Muharram untuk film Dendang Bantilang.

Mus, anak pembuat kapal pinisi, memilih untuk mendapatkan nafkah dengan menjadi TKI di negeri orang daripada membuat kapal pinisi.

Dengan muatan lokal pula, Dior Octrianto Pamungkas melalui film dokumenter Manunggal menyodorkan perjalanan sentimental Guntur, penari Kethek Ogleng di Kota Kediri, Jawa Timur.

Guntur mengamen bermodal kemampuan menarinya itu merupakan bentuk aktualisasi seni tradisi di tengah gempuran hiburan populer untuk masyarakat.

Dimas Dwi Wardana, melalui film Mole, yang berarti pulang, menceritakan pengalaman pulang Sarip, santri kecil, yang berakhir secara dramatis.

Ide film drama tersebut muncul dari cerita yang terjadi di tempat Dimas berasal, yaitu Lumajang, Jawa Timur.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com