JAKARTA, KOMPAS.com -- Perupa dari Bali, I Made Supena, yang meninggal dunia pada 16 April 2019 dalam usia 49 tahun, dikenang dan diberi penghormatan melalui acara Obituari, yang akan diadakan oleh Bentara Budaya Bali.
Obituari: Made Supena akan diselenggarakan pada Jumat, 14 Juni 2019, mulai pukul 19.00 WITA.
Dalam acara tersebut, tayangan dokumenter mengenai sosok dan karya Supena akan disajikan. Dalam tayangan itu ada pula penuturan sejumlah teman mengenai sang mendiang.
Dua pengamat seni rupa, Dr Hardiman Adiwinata dan Dr I Wayan Setem, akan mendiskusikan Supena dan karyanya.
Disebut oleh pihak Bentara Budaya Bali, mereka memahami dan mendalami bahasa seni rupa Supena, kiprahnya dalam membangun komunitas seni rupa di Bali, dan menjadi penggerak kehidupan seni rupa di pulau itu.
Baca juga: Bentara Budaya Bali Kenang Sosok dan Kiprah Penyair Reina Caesilia
I Made Supena lahir di Gianyar, Bali, pada 12 Januari 1970.
Ayahnya, Ketut Muja, yang lahir pada 1944 di Singapadu, Gianyar, merupakan pematung dan pembuat topeng yang mumpuni.
Muja dikenal sebagai perupa yang pada fase-fase kematangannya tidak berhenti pada bentuk-bentuk realis, tetapi melakukan penjelajahan pribadi untuk meraih ragam stilistik yang unik dan otentik.
Hal itu berpengaruh terhadap Supena sebagai seniman kemudian.
Made Supena, lulusan Program Seni Rupa dan Desain Universitas Udayana (1991-1997), disebut pula sebagai seniman multitalenta. Ia menelurkan karya dari yang berupa patung, seni instalasi, hingga yang berupa seni pertunjukan.
Supena tercatat sebagai salah satu penggagas dan pendiri Komunitas Galang Kangin di Bali pada 1996 dan tak bisa dilepaskan dari pertemuan antara Galang Kangin dengan mendiang Thomas Freitag, kurator sekaligus mentor.
Baca juga: Arc of Bali Awali Kegiatan Bentara Budaya Bali Sesudah Lebaran
Made Supena mulai berpameran pada 1991. Pameran-pamerannya, antara lain: Reality of Abstrak Painting (Bali Art Center, 1999), Landscape und Abstraction (bersama Susena, Frankfrut, Jerman, 2000), New Painting (Suli Art Gallery, Denpasar, 2002), About Nature (Mon Decor Gallery, Jakarta, 2002), The Likeness of Nature (Ganesha Gallery, Bali, 2004), StudiAlamSupena (Danes Art Veranda, Denpasar, 2005), Lanskap Made Supena (Gracia Gallery, Surabaya, 2007), Emotion (Griya Santrian, Sanur, 2008), Genealogi (Jogja Gallery, Yogyakarta, 2010), Solitude of Child (Kubu Kopi, Denpasar, 2015), Ritus Gunung (Maya Gallery, Sanur, 2017), dan pameran tunggal terakhirnya, Interpreting Feelings (Griya Santrian, Sanur, 2018).
Ia juga tercatat menginisiasi berbagai pameran yang bekerja sama dengan Bentara Budaya Bali, antara lain dua pameran kolosal mengenai topeng Singapadu lintas generasi, Pameran Seni Rupa Komunitas Galang Kangin, dan Pameran Seni Rupa Ulu Teben Militan Art (2015).
Baca juga: Berkegiatan Lagi, Bentara Budaya Yogyakarta Sajikan Sumarah
Sementara itu, penghargaan-penghargaan seni rupa yang pernah diraih oleh Made Supena adalah, antara lain, Award for Sculpture Museum Negeri Bali, Denpasar (1991); The Governor of Bali Award (1994); The Embassy of Peru Award in Jakarta (1995); Phillip Morris Arts Foundation Award (1997); finalis The Winsor-Newton Competition, Jakarta (2000); Certificate of Ownership, Museum Wellculturen Frankfrut, Jerman (2010); Certificate of Art Work Golden Land, BIAB Bejing, Cina (2015); dan Top 9 Titian Art Foundation Award (2017).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.