Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Chris Lie Menghidupkan Komik Indonesia

Kompas.com - 13/12/2014, 14:50 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com -- Nama Chris Lie tercantum di komik-komik yang tersebar di dunia. Sampai-sampai dia kewalahan hingga mendirikan Caravan Studio. Selain itu, untuk para komikus Indonesia, dibuatnya majalah re:ON Comics sebanyak 17.000 eksemplar.

Sejak kecil, Chris suka menggambar. Semua seri komik petualangan Tintin dilahapnya. Saat akan kuliah, dia mau memilih bidang seni rupa dan desain, tetapi orangtua membuatnya mengambil Jurusan Teknik Arsitektur di Institut Teknologi Bandung.

Lulus dengan predikat cum laude, Chris bekerja sebagai arsitek di studio Nyoman Nuarta, Bandung. Setelah dua tahun, dia tetap merasa arsitek bukan dunianya.

Kecintaannya pada komik tak luntur. Bersama teman-teman kuliah, dia mendirikan Studio Komik di Bandung pada 1997. Selama tiga tahun, studio ini menghasilkan 40 judul komik. Kebutuhan mengelola studio yang tidak mencukupi kehidupan sehari-hari membuat mereka bubar.

"Kami bisa menggaji karyawan, tetapi kami sendiri tak dibayar. Kami putuskan studio bubar. Dua teman saya bekerja di website. Saya tak mau menjadi arsitek lagi, jadi menggambar freelance," katanya.

Chris ingin mengembangkan sayap ke tingkat internasional. Impian itu diraihnya dengan memenangi Jakarta International Art Festival 2001.

"Waktu itu hadiahnya tiket ke Singapura, tetapi uang sakunya saya minta orangtua," ucapnya.

Ia berusaha mencari kerja di Singapura, tetapi gagal. Keberuntungan datang saat perusahaan penyelenggara pameran, Rich Art, memanggilnya. Namun, tak lama kemudian, Chris mendapat beasiswa Fulbright Scholar di Savannah College of Art and Design (SCAD), Georgia, Amerika Serikat (AS).

"Itu impian saya sejak 1997. Saya selalu mengumpulkan brosur SCAD karena belum punya uang untuk kuliah di sana. Teman saya menyarankan untuk mengambil beasiswa dan diterima," ceritanya.

Beasiswa selama setahun sekolah dan satu tahun bekerja dia pergunakan sebaik-baiknya. Chris menjadi lulusan terbaik universitas atau excelsus laureate pada 2005.

Untuk tugas magang kuliahnya, Chris melamar ke Devil’s Due Publishing (DDP), Chicago, Illinois, AS. Tak sabar menunggu tanggapan atas portofolio yang dikirimkan, Chris memilih masuk ke kantor DDP lewat pintu belakang.

"Kebetulan ada teman yang sudah bekerja di DDP sebagai desainer games. Kalau lewat pintu depan tak mungkin karena harus pakai finger print, jadi saya lewat pintu belakang. Mereka juga bingung, kok, saya bisa masuk," kata Chris yang bekerja sebagai petugas scanning.

Mendirikan studio
Tak putus asa, Chris tetap menggambar komik meski DDP tak menghiraukan karyanya. Sampai suatu siang dia diminta membuat komik GI Joe seri baru.

"Saya diberi tahu pukul 13.00 dan harus selesai pukul 16.00. Hasilnya? Mereka suka," ujarnya.

Maka, muncul komik GI Joe: Sigma 6. Lalu, perusahaan mainan pemegang lisensi GI Joe pun tertarik membuat mainannya. Kesibukan Chris bertambah. Dalam waktu bersamaan, dia juga mengerjakan proyek lain, komik dan mainan GI Joe: Sigma 6, komik Return of The Labyrinth, dan Josie and Pussycat.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau