Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Burung Pemarah Hinggap di Layar Lebar

Kompas.com - 15/05/2016, 18:25 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com -- Marah merupakan emosi yang kerap mendapatkan stigma negatif, apalagi di tengah masyarakat yang selalu menginginkan harmoni dan menyebarkan keramahan.

Film Angry Birds boleh jadi ingin "membela" emosi yang sering diredam itu. Normal, bahkan kadang diperlukan untuk marah dengan alasan yang pas.

Pesan moral tersebut mengalir lewat film berdurasi 1 jam 37 menit yang disutradarai Clay Kaytis dan Fergal Reilly, The Angry Birds Movie.

Burung-burung "konyol" yang mendunia berkat gim berjudul serupa, Angry Birds, itu menghibur dengan aksi komediknya.

Bagi pencinta atau siapa saja yang pernah memainkan gim Angry Birds, di telepon pintar maupun tablet, ada kegairahan melihat gim besutan Rovio Entertainment yang berbasis di Finlandia itu menjelma menjadi karakter layar lebar.

Gim Angry Birds diluncurkan tahun 2009. Dalam laporan The New York Times pada September 2015, gim freemium (gratis) Angry Birds 2 diunduh 50 juta kali di dunia hanya dalam waktu satu bulan sejak peluncurannya. Belum terhitung pengguna gim lama.

Dalam gim Angry Birds, sekumpulan burung dengan gigi gemerutuk dan kekuatan-kekuatan berbeda, bergantian melentingkan diri dengan katapel untuk menyelamatkan telur atau membebaskan burung dari kerangkeng musuh, seperti monyet dan babi. Namun, tidak ada karakter dengan nama tertentu ataupun jalan cerita dalam gim itu.

Dalam film The Angry Birds Movie, para sutradara dan penulis naskah Jon Vitti menciptakan karakter tiga dimensi, jalan cerita, dan habitat para burung. Tak semua burung lantas diciptakan pemarah dan galak.

Kisah berpusat pada Red, burung merah, pemarah dan suka mengamuk. Hingga pada suatu peristiwa berujung pada Red harus mengikuti kelas manajemen kemarahan atas perintah pengadilan Pulau Burung.

Di sana, dia bertemu dengan Chuck, Terence, dan Bomb yang juga bermasalah mengendalikan kekuatan mereka.

Chuck yang suka ngebut sembarangan, Bomb yang kadang meledak semena-mena, dan si kalem tapi seram, Terence. Mereka diajar oleh guru Matilda, burung putih.

Sampai kemudian, ketenteraman Pulau Burung terusik dengan kedatangan babi-babi hijau dengan kapal besar.

Warga Pulau Burung yang berpandangan tamu seharusnya diperlakukan dengan ramah dan baik menyambut para babi hijau.

Apalagi babi-babi hijau bermulut manis, suka menggelar pesta, dan memberi hadiah.

Red sebal ketika warga Pulau Burung juga tak memercayai hasil penyelidikan Red bersama teman-temannya bahwa babi-babi hijau itu akan berniat buruk kepada warga pulau. Red dan teman-temannya lalu mengompori warga Pulau Burung untuk marah dan melawan para babi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com