Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Raih Jutaan Penonton Bukan Jaminan Jadi Film Terbaik

JAKARTA, KOMPAS.com - Meraup jutaan penonton agaknya bukan lagi jaminan sebuah film bisa meraih penghargaan film terbaik versi Festival Film Indonesia (FFI).

Night Bus buktinya. Film yang diproduseri Darius Sinathrya itu memberi pembuktian bahwa film di bawah jutaan atau bahkan bukan ratusan ribu penonton, melainkan hanya sekitar 20.000-an, bisa menjadi pemenang FFI 2017.

Bahkan yang lebih fantastis, film Night Bus berhasil menumbangkan film-film yang meraih jutaan dan ratusan ribu penonton dalam kategori Film Terbaik FFI tahun ini.

Berdasarkan data filmindonesia.co.id, Pengabdi Setan meraup total jumlah penonton sebanyak 4.196.983  kepala dan Cek Toko Sebelah dengan 2.642.957 penonton. Sedangkan Kartini bertengger di angka 545.000, dan Posesif masih diputar di bioskop hingga saat ini.

Darius Sinathrya mengatakan bahwa ia tidak mengira film Night Bus berhasil menjadi pemenang FFI 2017 apabila mengingat film ini hanya sepekan berada di gedung-gedung bioskop dengan pemutaran di 105 layar.

"Cuma 105 layar. Kami tayang hanya satu minggu, dan 20.000-an penonton. Sedih ya," ujar Darius dalam wawancara di Grand Kawanua International City, Manado, Sulawesi Utara, Sabtu (11/11/2017) malam.

Darius tidak menampik bahwa ada beberapa kendala secara internal yang dialami oleh timnya. Salah satunya adalah kendala pasca-produksi. Di mana, ada layar di beberapa kota yang tidak bisa memutar film karena kesalahan teknis, sehingga orang tidak bisa menonton.

"Tapi ya gimana pun kami sudah menjalani ini semua. Kami puas dengan sebagaian besar dari hasilnya," kata dia.


 

Tak hanya Night Bus

Menengok penghargaan FFI 2016 lalu, Athirah yang merupakan Film Terbaik bahkan tidak masuk daftar 15 film yang memperoleh penonton terbanyak sepanjang tahun itu.

Urutan 15 dihuni oleh The Doll dengan jumlah 550.252 penonton. Yang artinya, perolehan penonton Athirah berada di bawah capaian film horor tersebut.

Di tahun yang sama, fakta mencengangkan tertuju kepada film Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! part 1 yang meraup 6.858.616 penonton. Pahitnya, jumlah penonton terbesar dalam sejarah film Indonesia itu bahkan tidak tercatat sebagai nomimasi FFI 2016.

Athirah bersaing dengan nominasi film lainnya, yakni Aisyah Biarkan Kami Bersaudara; Salawaku; dan Surat dari Praha. Dari empat film tersebut, hanya Rudy Habibie yang memperoleh angka penonton 2 jutaan.

Nasib kurang baik justru diterima film Siti, yang meraih Film Terbaik FFI 2015. Film karya Eddie Cahyono itu tayang di bioskop selama empat hari saja.

Alhasil, film yang mengangkat kehidupan seorang perempuan yang harus menjadi pramuria karena tuntutan ekonomi di Pantai Parangtritis hanya meraup 4.771 penonton saja.

Penilaian juri FFI

Mengukur bagaimana penjurian FFI, Riri Riza yang menjadi Ketua Bidang Penjurian FFI 2017 menjelaskan bahwa sistem penilaian tetap menggunakan voting dengan elaborasi tambahan

Yakni, proses penjurian memperdayakan asosiasi pekerja film. Yang dilibatkan adalah Asosiasi Produser Film Indonesia (APROFI), Persatuan Perusahaan Film Indonesia (PPFI), Asosiasi Perusahaan Film Indonesia (APFI), Asosiasi Casting Indonesia (ACI), Indonesian Film Directors Club (IFDc).

Kemudian, ada Indonesian Motion Picture Audio Association (IMPACT, Rumah Aktor Indonesia (RAI), Indonesian Film Editors (INAFEd), Sinematografer Indonesia (SI), Indonesian Production Designers (IPD), dan Penulis Indonesia untuk Layar Lebar (PILAR).

Dari asosiasi itu, terwakili 75 juri yang menyeleksi sekitar 110 judul film yang tayang dari akhir 2016 hingga akhir 2017. Mereka menonton film secara daring lewat situs resmi penjurian. Semua proses itu berlangsung pada 10 hingga 24 Oktober 2017. Hasilnya akan ditabulasi oleh akuntan publik.

"Ada tiga kriteria yang digunakan sebagai dasar penilaian, yakni gagasan dan tema, kualitas teknik dan estetika serta profesionalisme," kata Riri.

"Dua hal tersebut mudah-mudahan akan menjadi sebuah proses penjurian yang objektif partisipatif dan menghasilkan pemenang yang bisa diterima oleh semua pihak," tambahnya.

Seperti yang disebut oleh Darius, bukan hanya sekadar perolehan penonton yang dikejar olehnya saat membuat film. Bagaimana Darius ingin membuat cerita yang jujur dan punya niatan baik.

"Aku pikir semua film maker ingin berkarya dengan jujur dan punya niatan yang baik. Saya juga masih baru banget produce film. Jadi ya benar, bahwa kita harus punya semangat yang tinggi," kata Darius.

Pria kelahiran 3 Mei 1984 itu menuturkan, ada tiga varian cake tart yang dibuat Fiona dari hasil mengikuti beberapa workshop.

https://entertainment.kompas.com/read/2017/11/18/151612610/raih-jutaan-penonton-bukan-jaminan-jadi-film-terbaik

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke