JAKARTA, KOMPAS.com--Musik eksperimen, yang mengeksplorasi beragam kemungkinan dan bentuk, memang senantiasa mendatangkan masalah untuk telinga awam. Bisa jadi penikmat awam akan tersesat dalam kebingungan, "Sebenarnya ini musik apa? Judulnya keroncong, tapi kok njlimet banget, tekstur musik keroncong yang gayeng dan mat-matan jadi hilang," begitulah kira-kira percakapan batin penikmat pertunjukan Sono Seni Ensemble di halaman Bentara Budaya Jakarta pada Kamis malam, 23 November 2017.
Tapi itulah memang tugas para intelektual bidang musik yang tergabung pada kelompok ini. Ada Dr. Zoel Mistortoify (ethnomusikolog, komposer, dosen ISI Surakatta), John Jacobs, PhD (kompser, peneliti), Joko D Gombloh, M. Hum (pemusik, dosen ISI Surakarta dan UNS Surakarta), Gondrong Gunarto, M.Sn (komposer), Yeni Arama, M,Sn (komposer, pesinden), Dwi Harjanto, S.Sn (pemusik, guru musik), Adham Rhisang Tetuko (pemusik, mahasiswa ISI Surakarta).
Mereka memberikan kemungkinan-kemungkinan baru bagi olahan musik mereka yang berbasis pada musik keroncong dalam pencarian ruang-ruang baru hasil perkawinan silang dengan tradisi musik dari belahan dunia lainnya, sehingga menghasilkan pola-pola ritem, termasuk pola perkusi bembe yang berasal dari Afrika Barat dan sering dipakai di Colombia dan Cuba dalam bentuk musik Rhumba Colombia.
Kelompok ini juga mengadaptasi pola-pola keroncong yang sudah ada ke dalam struktur ritmis yang bukan empat ketkan; melakukan transplantasi pola-pola ritem dari alat perkusi ke dalam alat-alat musik petik, melakukan krospolinasi (pencampuran dari beragam materi yang berbeda) seperti bossanova Brasil, tarian Kuba, dan eksplorasi konsep perubahan irama yang diadopsi dari tradisi aural musik gamelan Jawa.
Sono Seni Ensemble dibentuk I Wayan Sadra bersama kawan-kawannya tahun 1998. Kelompok musik ini dulunya sering latihan di daerah Kemlayan, Solo. Beberapa kali tampil di berbagai Negara, dan sering kali pentas di berbagai tempat di Indonesia. Sono Seni Ensemble kerap melakukan eksperimen bermusik yang menarik, dan ini tidak lepas dari eksplorasi yang dilakukan selama proses yang berlangsung di Kemlayan.
Beberapa anggota Sono Seni Ensemble juga aktif melakukan kegiatan Bukan Musik Biasa di Wisma Seni, TBJT setiap dua bulan sekali. Kini sepeninggal I Wayan Sadra beberapa anggota Sono Seni Ensemble tetap konsisten dengan kegiatan musik mereka.
https://entertainment.kompas.com/read/2017/11/24/074407110/menikmati-hibridasi-musik-sono-seni-ensemble