Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gasing yang Berpusing

Kompas.com - 22/01/2008, 16:08 WIB

Secara umum dapat digambarkan bahwa gasing merupakan salah satu alat permainan yang dibuat dari kayu keras dengan bentuk badan bulat, bulat lonjong, jantung, piring terbang (pipih), kerucut, silinder dan bentuk-bentuk lainnya yang merupakan ciri khas kedaerahan dengan ukuran bervariasi, terdiri dari bagian kepala, bagian badan dan bagian kaki / paksi .

Bagian-bagian gasing tersebut, di setiap daerah Indonesia bervariasi. Ada gasing yang memiliki kepala dan leher, seperti gasing yang dijumpai di Ambon (Apiong). Sementara gasing Jakarta dan Jawa Barat tidak memiliki leher, melainkan hanya kepala. Demikian pula pada gasing Jakarta dan Jawa Barat, tampak secara jelas paksi (taji) yang dibuat dari paku atau logam, sementara pada gasing Natuna (propinsi kepulauan Riau), paksinya tidak tampak.

Pada umumnya gasing dimainkan dengan cara dan urutan sebagai berikut :

1. Pertama-tama si pemain memegang gasing tersebut   
    pada tangan kiri.

2. Kemudian tangan kanan si pemain melilitkan seutas 
    tali pada gasing dimulai dari  bagian paksi hingga
    bagian badan gasing secara kuat. Sementara
    dibeberapa wilayah Indonesia, lilitan tali dimulai
    pada bagian kepala gasing hingga bagian badan.

3. Gasing yang telah dililit tali tersebut, di pindahkan
    ketangan kanan si pemain, selanjutnya dilempar
    scara keras kepermukaan tanah yang datar dan

Secara umum gasing  yang tersebar di wilayah Indonesia, berdasarkan jenisnya dapat dikelompokkan kedalam gasing adu suara, gasing adu putar, dan gasing adu pukul/adu kekuatan (gasing uri/penahan dan gasing pangkak/pemukul). Diwilayah Jakarta dikenal jenis gasing adu suara yaitu gangsing,  dan gasing adu pukul/kekuatan yang disebut panggal.

Keragaman jenis gasing dapat dijumpai pula di wilayah Jawa Barat, meliputi gasing kelangenan (gasing adu suara) dan gasing adu (gasing kolo dan gasing gandek). Sementara di wilayah Tanjungpinang dan sekitarnya (propinsi Kepulauan Riau), dikenal gasing penendin, penahan dan pemangkak. Khusus museum gasing yang terletak di kecamatan Pulau Belakang Padang, Batam hanya dikenal gasing jenis ori (penahan) dan gasing pemangkak atau pengacau. Di wilayah Riau Daratan, dikenal jenis gasing jantung yang khusus diadu dalam pertandingan dan gasing beralik yang hanya dimainkan untuk hiburan atau hanya dipusingkan (diputar)  saja. Di Bali dikenal gasing adu kekuatan, terdiri dari gasing penahan (Belek) dan gasing pemukul (gasing Gebug).

Peralatan pendukung untuk memutar gasing adalah tali yang panjang diameter dan bahan bakunya bervariasi pada setiap wilayah Indonesia, tergantung pada sumber daya alam yang tersedia di lingkungannya. Di Tanjungpinang dan wilayah sekitarnya pada umunya tali yang digunakan untuk memutarkan gasing dibuat dari kulit batang pohon Sukak atau kulit pohon Turih Pandan yang dipintal dengan panjang 3 meter untuk gasing penendin dan gasing penahan. Sementara untuk gasing pemangkak digunakan tali sepanjang 1,5 meter. Di Kalianda, Lampung Selatan, digunakan tali dari kulit batang pohon Kerbang (sejenis pohon yang daunnya seperti daun pohon sukun) yang di pintal sepanjang 1,5 meter untuk memutarkan gasing dalam pertandingan. Di Jawa Barat, tali yang digunakan untuk memutar gasing pada umumnya dibuat dari bahan kain yang dipintal sepanjang 1 meter.

Arena untuk permainan gasing pada umumnya berupa tanah datar dan keras tidak berdebu dan tidak berumput dengan ukuran arena disetiap daerah di wilayah indonesia bervariasi. Di Jakarta arena gasing berbentuk lingkaran berdiameter 0,5 - 1 meter. Sementara di Tanjungpinang, arena gasing berbentuk persegi empat berukuran 10 x 10 meter dengan bagian atas arena di beri pasir halus. Sementara di desa Munduk, kecamatan Banjar (Bali), arena gasing berbentuk persegi berukuran lebih besar dari arena gasing di wilayah Tanjungpinang dengan kondisi tanah agak kental. Arena tersebut dibagi dalam 4 kuadran yang berukuran sama, digunakan oleh masing-masing pemain melepaskan gasing (pemasang atau pemelek) dan memukul gasing (pemangkak).

Permainan gasing dapat dilakukan secara perorangan dan beregu dengan jumlah anggota regu bervariasi pada masing-masing daerah di Indonesia. Di Bali satu regu dapat berjumlah 6 orang atau lebih, sementara di Tanjungpinang 1 regu berjumlah 10 orang atau lebih dan Jakarta 1 regu berjumlah 5 -10 orang. Di Jawa Barat khususnya Pandeglang 1 regu berjumlah 2 - 6 orang dan di Garut 1 regu berjumlah satu orang hingga tak terbatas.

Secara umum permainan gasing dilakukan oleh 2 orang (perorangan) atau 2 regu, terdiri dari laki-laki. Hal ini berkaitan dengan persyaratan permaianan yang memerlukan kemampuan fisik, gerak cepat dan kelincahan. Satu orang atau satu regu dalam permainan ini bertindak sebagai pemukul atau pemangkak. Sementara regu lain bertindak sebagai penahan atau pemasang. Pemukul (pemangkak) dan penahan ditentukan melalui undian, yaitu dengan mengadu perputaran gasing dari masing-masing perwakilan regu (Bertendin istilah Melayu Natuna).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com