Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pilih "Fairish", "Negeri 5 Menara" atau "Perahu Kertas"?

Kompas.com - 02/12/2011, 02:09 WIB

Kadang dia meminjam buku di perpustakaan sekolah. Namun, koleksi di sekolah tak terlalu banyak sehingga Ayesha membeli buku sendiri untuk koleksi pribadi.

”Membacanya bisa kapan saja, mau tidur atau waktu di angkutan umum,” kata Ayesha yang sedang membaca Tea for Two karya Clara Ng.

Bacaan berat

Minat membaca teman-teman masih ada. Penulis prosa, cerpen, dan naskah, Agus Noor, tak menyalahkan anak muda yang menganggap sastra sebagai bacaan berat. Umumnya mereka dididik untuk praktis dan pragmatis.

”Bagi mereka, ilmu bukan sebagai proses menemukan, tetapi bagaimana bisa berguna dan segera menyelesaikan persoalan,” ungkapnya.

Inilah yang terjadi. Saat membaca, banyak remaja memilih bacaan yang dianggap sederhana karena tak ingin berpikir. Kegiatan membaca bukan lagi sebagai pengembaraan imajinasi dan pengetahuan, melainkan untuk hiburan.

”Mereka akan bilang, ngapain sih pusing-pusing,” kata Agus.

Untuk gambaran, remaja banyak dihadapkan pada ”pelajaran” visual melalui tontonan televisi. Di sini mereka hanya bersikap pasif, duduk sambil makan kacang.

”Jelas ini berbeda bila kita mau membaca karena saat itu kita dirangsang secara intelektual,” kata penulis Matinya Toekang Kritik ini.

Dia tak menyalahkan minat baca remaja. Masih mau membaca saja lumayan. Meski, misalnya, di satu kelas yang berisi 40 orang, hanya 2-3 orang yang keluar dari pakem dan menyukai sastra. ”Orang-orang ini mungkin terpengaruh kebiasaan di sekitarnya.”

Contohnya, akun-akun yang menghibur dan populer di Twitter, seperti @anjinggombal, pasti mempunyai banyak pengikut. Agus bersyukur akun @fiksimini yang mengajak pengikut belajar menulis cerita mini dengan 140 karakter memiliki cukup banyak pengikut.

Bagaimanapun Agus optimistis tak semua remaja malas berpikir. Masih ada anak muda yang mau menulis dan membaca sebagai pengalaman intelektual. ”Jangan berhenti, teruslah membaca,” ajak Agus.(Fabiola Ponto)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com