Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Industri Musik, Antara Royalti dan Keripik

Kompas.com - 30/03/2014, 09:54 WIB

"Waktu itu sedang marak peredaran merek palsu Maicih di Yogyakarta. Kami datangi saja langsung ke sana sekaligus memperkenalkan musik Sarasvati. Setelah konser, kami juga membayar Sarasvati untuk mempromosikan merek kami di sosial media. Hasilnya, 5.000 bungkus ludes," kata Bob.

Keripik pedas itu juga pernah mengeluarkan edisi khusus dengan kemasan bergambar personel band Mocca sebanyak sekitar 700 bungkus. Hasil penjualannya diserahkan seluruhnya untuk band. Dalam memilih band yang diajak kerja sama, Bob berpegang pada kualitas karya band dan isu yang mereka usung. Proyek band Pandai Besi dalam menyadarkan masyarakat pada keberadaan studio bersejarah, Lokananta, adalah salah satu yang didukung keripik Maicih.

Soundtrack game
Peluang lain yang terbilang baru di Indonesia adalah menyertakan lagu dalam game komputer. Game bertema horor DreadOut yang segera dilempar ke pasaran dikembangkan perusahaan Digital Happiness dari Bandung. Permainan ini memasukkan lagu-lagu dari empat band, Sarasvati, Koil, Sigmun, dan Mocca.

Adhitya Wibisana, yang menata suara game itu, mengatakan, musisi yang lagunya dipakai dalam game mendapat kompensasi. Ada yang dibayar royaltinya, ada yang "beli putus". Kompensasi lainnya adalah memasukkan aset band ke dalam game.

"Rumah makan milik Leon, drummer Koil, misalnya, kami masukkan sebagai latar di dalam game," kata Adhit.

Dalam kemeriahan dunia digital saat ini, ada banyak yang bisa dilakukan band daripada harus berlarut-larut memikirkan indie atau bukan, komersial atau idealis. Robin Malau, mantan gitaris band metal legendaris Bandung, Puppen, mengatakan, semua cara bisa ditempuh.

"Band umumnya hanya memikirkan bagaimana karya mereka, bagaimana penampilan di konser selanjutnya. Hal-hal di luar itu, yang sebenarnya bisa menguntungkan mereka, sering kali terabaikan," tutur Robin yang membuka toko musik internet Musikator ini.

"Urusan luar" itu adalah ceruk yang bisa diambil alih oleh manajemen band. Nah, peran manajer tak lagi sebagai "pembantu" band belaka. (HEI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau