"Saya tidak tahu harus berbuat apa," kata Jenny kepada People Magazine.
Kepada People, Jenny menceritakan bagaimana penindasan itu terjadi.
"Tujuan anak saya ikut kemah itu agar bisa mendapat banyak teman. Tiba-tiba saya mendapat e-mail mengejutkan dari penyelenggara kemah bahwa ia ditindas anak yang sudah Evan anggap sebagai teman," kata Jenny.
Anak-anak itu menertawai Evan, tetapi Evan ikut tertawa juga. Jenny bertanya kepada anaknya perihal kejadian itu.
"Kamu harus mencari anak-anak yang menyukaimu dan baik kepadamu. Siapa yang duduk di sebelahmu saat makan di kafetaria?” dan Evan pun menjawab tidak ada yang duduk di sebelahnya. Ia telah meminta beberapa teman ikut makan bersama, tetapi mereka menolaknya.
Dalam beberapa hal Jenny bersyukur karena Evan tidak sadar bahwa anak-anak itu menertawakannya. Namun, sampai kapan ia harus menunggu untuk mengajarkan bahwa ia menjadi obyek tertawaan teman-temannya itu.
Evan bercerita kepada Jenny bahwa teman-temannya pernah meminta ia melorotkan celana, dan Evan pun melakukannya, lalu mereka tertawa. Evan berpikir hal itu lucu tanpa sadar bahwa ia ditindas.
"Apakah saya harus membiarkannya?" kata Jenny. Hingga sekarang Jenny masih berupaya mencari jalan untuk mengomunikasikan soal penindasan kepada Evan. (Lusiana Indriasari)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.