"Menurut gue, ini jalan terbaik. Sebelum Indonesia punya major (perusahaan rekaman major) seperti di luar, sebelum mereka punya kinerja seperti di label luar, ya paling enak indie sih. Musik kami, menurut kami, kurang ramah pada pasar," jelas Kamga (vokal), satu dari tiga personel Dekat di Studio Sinergi, Jakarta, tempat live streaming itu dilakukan.
Namun, Dekat mengakui, sebagai konsekuensi mengambil jalur indie mereka harus berhadapan dengan kesempatan promosi yang terbatas bagi lagu-lagu mereka dari album perdana mereka, Lahir Kembali. Kondisi itu tidak seperti ketika mereka masih berupa kwartet vokal Tangga dan bernaung di bawah sebuah perusahaan rekaman major internasional yang beroperasi di Indonesia.
"Kami masih door to door sih untuk mempromosikan Dekat. Kami menikmati proses yang pelan ini sih. Kami penginnya juga enggak pelan. Tapi, kalau pun pelan, ya dinikmati," ucap Kamga, yang berbicara juga mewakili dua rekannya dalam Dekat, Tata (rap) dan Chevrina (vokal).
Salah satu alat promosi album tersebut adalah single pertama, "Lahir Kembali", dan klip videonya. Pemilihan warna hitam putih untuk gambar-gambar dalam klip video itu ternyata bukan merupakan konsep semula klip video tersebut.
"Emang, tebersit sih untuk bikin video clip hitam putih, tapi ini sejujurnya bukan opsi Dekat. Fotografer kami yang bikin video ini bilang bahwa warnanya (gambar-gambar dalam klip video itu) ternyata kurang bagus. Terus, dia bilang, 'Maaf ya, mending hitam putih aja. Ya udah deh, kita hitam putih," terang Kamga.
"Di (klip-klip video) Tangga kan juga warna-warni banget, jadi kami bikin aja yang beda," tambahnya. (Benedictus Gemilang Adinda)