Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berbagi Kenangan dalam Nyanyian Puisi "Beta Cuma"

Kompas.com - 20/09/2015, 15:43 WIB
Thalia Shelyndra Wendranirsa

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Dengan musikalisasi puisi atau puisi dijadikan lagu, puisi lebih mudah dinikmati masyarakat umum. Jalan itu juga ditempuh oleh jurnalis, penulis, dan pemusik Jodhi Yudono untuk mengenalkan puisi-puisi karyanya. Pada Jumat (18/9/2015) malam, ia menyajikan pertunjukan Nyanyian Puisi Jodhi Yudono: Beta Cuma di Galeri Indonesia Kaya (GIK), Mall Grand Indonesia, Jakarta Pusat.

Dalam pertunjukan tersebut, Jodhi menyajikan 13 nyanyian puisi selama kira-kira 100 menit. Lagu-lagu itu memiliki kenangan tersendiri.

Ia membuka pertunjukan yang hangat dan akrab tersebut dengan nyanyian puisi yang liriknya merupakan puisi karyanya sendiri, berjudul "Beta Cuma".

"Lagu ini buatan sendiri. Itu kira-kira cerita tentang diri saya sendiri, agak narsis enggak apa ya, he he he," ujar Jodhi setelah membawakan nyanyian pertamanya tersebut sambil memainkan gitar akustik.

Ia juga membawakan sebuah nyanyian puisi penuh kenangan akan mendiang neneknya yang sudah tiada. Ia mengaku memang mendedikasikan puisi itu untuk sang nenek ketika beliau meninggal dunia.

"Puisi ini saya buat sehabis nenek saya meninggal, berjudul 'Nenek'. Ia meninggal di Menjangan. Saat itu saya tidak merasa sedih, karena persahabatan jiwa kami sangat erat. Saya ingat ketika kecil selalu berbagi dengan Nenek. Kalau saya menang lomba gundu, uangnya saya bagi ke beliau juga," ceritanya.

fidel ali/kompas.com Jodhi Yudhono dalam nyanyian puisi "Beta Cuma" di Galeri Indonesia Kaya, Jumat (18/9/2015)

Jodhi-yang sudah aktif di dunia musik sejak 1980-an dengan membuat musik untuk pertunjukan teater-pun menyuguhkan puisi-puisi karya sejumlah penyair terkenal, yaitu "Derai-Derai Cemara" milik Chairil Anwar, "Peristiwa" dari Rivai Apin, dan "Pamflet Cinta" milik WS Rendra.

Jodhi biasa memberi pengantar untuk setiap sajiannya. Ia menuturkan kisah dan kenangan di balik suguhannya itu. Pamflet Cinta, contohnya, merupakan curahan hati mendiang WS Rendra untuk seorang perempuan yang juga hadir menonton pertunjukan Jodhi tersebut. Dengan jahil, Jodhi memanggil sang sumber inspirasi bagi Rendra dalam menulis Pamflet Cinta.

"Puisi ini dari WS Rendra bukan untuk Ibu Sunarti (mantan istri pertama Rendra), bukan juga untuk Ibu Sitoresmi (mantan istri kedua), bukan juga untuk Ibu Ida (Ken Zuraida, juga istri Rendra). Tetapi buat siapa puisi itu? Pasti penasaran, tapi orangnya ada di sini. Siapakah dia? Mari kita undang Linda Djalil,” kata Jodhi.

Kemudian Linda maju ke depan dan sedikit memberi gambaran bahwa Rendra merupakan teman lama yang dikenalnya 40 tahun lalu ketika ia masih berkuliah di Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Universitas Indonesia.

Akhirnya, pertunjukan yang ditonton oleh tua muda itu ditutup dengan nyayian puisi karya Jodhi sendiri mengenai cinta, yang berjudul "Setitik Noktah".

Suguhan Jodhi bertambah syahdu dengan iringan harpa oleh Grace Carla, gesekan cello dan biola yang dimainkan oleh Jassin Burhan dan Dedi Jumwadi, tabuhan perkusi oleh Kaunang Bungsu, permainan bas dan gitar oleh Nugroho Tri Utomo dan Anggi Lubis, tiupan seruling oleh Kendar S Prihantara, serta alunan piano oleh Bubi Iradiadi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com