Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Deadpool", Si Cerewet yang Hadirkan Kontroversi hingga Prestasi

Kompas.com - 20/02/2016, 16:04 WIB
Yulianus Febriarko

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
– Sosoknya lucu, banyak tingkah, banyak bicara alias cerewet, dan sadis ketika sedang bertempur.

Dialah Deadpool. karakter yang dicipta Rob Liefield dan Fabian Nicieza pada 1991 dan muncul dalam Marvel Comics sebelum akhirnya pada bulan Februari 2016 ini dirilis dalam sebuah film.

Penantian panjang para penggemar komik Marvel terutama karakter Deadpool terbayar sudah.

Tim Miller sebagai sutradara mampu mewujudkan apa yang diharapkan para penggemar dalam menggarap Deadpool dengan menampilkan sifat-sifat karakter itu sesuai komiknya.

Artis peran Ryan Reynolds yang selama ini banyak bermain dalam film komedi pun terasa pas memainkan sosok Wade Wilson alias Deadpool.

Film Deadpool berkisah tentang seorang mantan tentara bayaran bernama Wade Wilson yang sekarat karena kanker.

Di tengah rasa pesimisnya untuk sembuh dari kanker itu, ia memutuskan menyerahkan dirinya pada percobaan perubahan genetik dengan menggunakan senjata X.

Percobaan itulah yang kemudian mengubahnya menjadi seorang antihero bernama Deadpool dengan kekuatan tubuh yang mampu menyembuhkan diri dengan cepat serta kemampuan untuk panca indera dan gerak yang melebihi manusia biasa.

Sebelumnya, karakter Deadpool pernah muncul dalam film X-Men Origins: Wolverine dna diperankan juga oleh Ryan Reynolds. Meski begitu, Reynolds mengungkapkan bahwa ia tidak merasa sreg dengan karakter Wade Wilson yang ditampilkan di film itu.

"Itu adalah sebuah pengalaman yang membuat saya frustasi. Saya sudah melekat pada film Deadpool. Waktu itu kami belum sampai pada titik di mana sebuah skenario telah tertulis," tutur Reynolds.

"Lalu Origins (X-Men Origins: Wolverine) datang dan seperti berkata, 'Mainkan karakter Deadpool atau kami akan mencari orang lain untuk memainkannya'. Saya hanya bisa menjawab, 'saya akan memainkannya', tetapi itu adalah sebuah versi yang tidak tepat. Deadpool seharusnya tidaklah demikian," lanjut dia.

Menimbulkan kontroversi

Karakter seorang Deadpool yang cerewet seperti dalam komiknya diejawantahkan oleh sutradara Tim Miller dan tim produksinya dengan memasukkan berbagai macam humor.

Antara lain dengan memasukkan perkataan kasar dan humor mengenai seks. Adegan-adegan vulgar seperti adegan ranjang dan ciuman pun ditampilkan dalam film tersebut.

Kesadisan Deadpool ketika bertarung dengan senjata pedang kesayangannya serta berbagai senjata api juga ditampilkan secara gamblang.

Banyak adegan pertarungan yang tergolong sadis ditampilkan, misalnya cuplikan kepala terpenggal, tangan dan kaki putus, hingga penyiksaan terhadap manusia.

Sebagai film, adegan tersebut tentu seru. Namun, ternyata juga menjadi pedang bermata dua lantaran di sisi lainnya, hal-hal itu menimbulkan sebuah kontroversi.

 Di China "Deadpool" dilarang untuk ditayangkan. Berdasarkan media lokal di China, The Hollywood Reporter mengabarkan bahwa izin pemutaran film anti-hero Deadpool telah ditolak oleh China Film Group, satu-satunya perusahaan pengimpor film di China.

Keputusan tersebut diambil karena otoritas sensor film di China tak memberi izin penayangan film Deadpool lantaran film itu dinilai menyajikan unsur-unsur kekerasan, tampilan telanjang, dan bahasa kasar.

Selama ini, otoritas sensor di China sering bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan film Hollywood untuk membuat sensor khusus bagi film-film dengan rating R atau untuk para penonton dewasa.

Namun, sensor khusus itu sulit dilakukan untuk Deadpool tanpa mengganggu jalan cerita film yang diarahkan oleh sutradara Tim Miller tersebut.

Akibatnya, Administration of Press, Publication, Radio, Film and Television (SAPPRFT), lembaga negara yang mengatur media di China, hanya bisa membuat keputusan apakah sebuah film diterima atau ditolak untuk dikonsumsi oleh semua orang dari segala umur di China.

Pemeran Deadpool, Ryan Reynolds, pun menyanyangkan hal yang terjadi di China tersebut.

"Mudah bagiku menanggapi hal itu, ibaratnya seperti mengenakan sebuah lencana kehormatan 'Kami Ditolak di China'. Namun, jujur, aku membenci kondisi itu. Aku cinta China, dan aku ingin warganya bisa menyaksikan Deadpool," ucapnya.

Merambah Indonesia

Kontroversi mengenai konten film Deadpool yang terjadi di China juga terjadi di Indonesia yang memiliki kategori film untuk dewasa (D), remaja (R), dan Semua Umur (SU).

Namun, Deadpool tetap tayang di bioskop-bioskop Indonesia dengan kategori film yang hanya diboleh ditonton oleh mereka yang telah dewasa.

Kontroversi Deadpool di Indonesia dimulai sehari sebelum pemutaran perdana"Deadpool" di Tanah Air dengan adanya pesan singkat berantai dari grup guru-guru.

"Kampanye" ini meminta orangtua tidak mengajak anak-anak yang masih kecil untuk menonton film Deadpool.

Alasannya, film tersebut masuk dalam kategori film dewasa dan hanya boleh ditonton oleh mereka yang sudah berusia 17 tahun ke atas.

Berikut isi pesan berantai tersebut:

"Terkait akan dirilisnya film tema superhero DEADPOOL besok, mohon diberitahukan kepada murid2 kita agar tidak menonton film tersebut dikarenakan rating filmnya yang diperuntukkan penonton dewasa."

"Bahkan apabila kita menonton trailer nya di youtube, akan ada konfirmasi bahwa konten videonya berisi adegan vulgar (nudity), gory violence graphic, dan swearing words yang cukup banyak."

"Dan hal tersebut bisa kita ketahui dari opening scene trailer nya yang berwarna merah (Red Band Trailer). Parents yang kekurangan informasi yang cukup mengenai film ini dikhawatirkan akan mengira ini adalah film superhero biasa lalu mengajak putra/putri nya untuk menonton di bioskop mengingat karakter Deadpool sendiri masih satu universe dengan karakter2 di film superhero X-MEN yang cukup populer di kalangan anak2. #BeMoreCautiousParents #ProtectOurChildren #CrossCheckAgainToBeMoreSure"

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com