Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Jingga": Dunia Berwarna di Balik Kegelapan

Kompas.com - 21/02/2016, 15:15 WIB
Warna-warni hidup penyandang tunanetra itu diangkat Lola ke layar lebar dari ketidaktahuan.

Rasa ingin tahunya itu kemudian mengantar Lola melakukan riset selama lebih kurang satu tahun melintas jarak Jakarta-Bandung.

Sosok Tri Subagyo, penyandang tunanetra yang kini tengah menyelesaikan studi S-3 di Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, memberinya inspirasi.

"Berbeda dengan tunarungu yang masih bisa diterima dalam pekerjaan, tunanetra tidak seperti itu. Dia harus ada pendamping yang tuntun sehingga sangat tidak mandiri. Fasilitas umum juga tidak memadai. Lift tidak ada braille, obat juga enggak ada braille. Di Jakarta juga enggak ada jalur khusus untuk mereka, jadi memang sulit," kata Lola.

Banyak hal ingin disampaikan Lola melalui Jingga.

Tentang keluarga yang kerap tak bisa menerima kenyataan tentang kebutaan itu, penyebab kebutaan yang sangat beragam, perjuangan para penyandang tunanetra menjalani hidup, dan dunia berwarna para penyandang tunanetra yang tak berbeda dengan manusia lainnya.

"Karena tokohnya remaja, makanya film ini dibuat ringan dengan banyak musik. Sebab, tunanetra memang lebih kerap menyanyi dan mendengarkan musik. Jadi, saya ambil sisi itu, dengan bumbu cinta segitiga, cemburu, dan persahabatan," kata Lola.

Tak ada shoot-shoot yang menyajikan point of view.

Lola menggambarkan sisi pandang penyandang tunanetra melalui telinga, penciuman, dan jari sebagai pengganti mata.

Dari ketiga indera itu, penyandang tunanetra bisa mengetahui itu langkah siapa serta dari bau dan rabaan mereka.

Lola memilih Bandung sebagai lokasi shooting karena Bandung merupakan kota ramah penyandang disabilitas, terutama bagi penyandang tunanetra.

Rumah sakit mata terbagus dan SLB terbaik ada di Bandung. Bandung juga memiliki banyak jalan yang diperuntukkan bagi penyandang tunanetra.

Melalui Jingga yang akan tayang mulai 25 Februari, Lola berharap dunia gelap penyandang tunanetra yang jumlahnya kini mencapai 3,7 juta orang, pada masa depan akan lebih berwarna. (DWI AS SETIANINGSIH)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com