Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak-anak Tangerang "Mencari Rimba" di Jepang

Kompas.com - 29/07/2016, 07:00 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis


KOMPAS.com
- Sekelompok anak-anak asal Tangerang akan tampil dalam drama musikal di Jepang, mulai Jumat (29/7/2016) hingga Kamis (4/8/2016). Mereka menyuarakan keprihatinan akan lingkungan.

"Kami terpilih pentas di The World Festival of Children’s Performing Art Toyama setelah lolos seleksi IATA (International Amateur Theatre Association)," kata Produser Eksekutif sekaligus Ketua Gerakan Perempuan Tanam & Pelihara (GPTP), Triwatty Marciano, dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, pekan lalu.

Alam Terluka
Di bawah terik sinar mentari
Kudengar tangis hewan terluka
Ada apa gerangan
Ada apa gerangan

Oh pohon rindang tumbang berantakan berantakan
Oh pohon besar ditebang sembarangan sembarangan
Ada apa gerangan
Ada apa gerangan

Penggalan lirik tersebut menjadi bagian dari drama musikal "Mencari Rimba", yang antara lain dimainkan oleh Adit Marciano (17 tahun). Dia pernah terlibat dalam drama "Aida the Musical" yang merupakan salah satu program Camp Broadway yang digelar di BB King Studio Broadway New York.

Semua lagu yang dinyanyikan Adit dalam drama musikal ini akan bertema tentang ekologi dan kasih sayang terhadap hewan. Di sini, dia berperan sebagai Rimba, remaja buta dan hidup di pinggiran hutan.

Ceritanya, hati Rimba tergerak menolong hewan-hewan cacat seperti gajah yang kehilangan gading, rusah yang patah tanduknya, dan anak  orang utan yang kehilangan sang ayah, ada di antara hewan-hewan itu.

Di Jepang, drama musikal ini tampil di Toyoma. Sutradara pementasan adalah Isdaryanto Boedi Oetomo, lulusan jurusan teater Institut Kesenian Jakarta, yang sejak era 80-an dikenal setia menggeluti teater anak-anak.

Isdaryanto pernah sukses menggelar pementasan kolosal Operet Bobo di beberapa kota.

Hutan belantaraku porak poranda
Margasatwaku yang paling menderita
Mereka pun menjerit kelaparan
Oohh..penguasa alam semesta
Beri hamba Mu kekuatan agar
Mampu menolong mereka semua

Bait di atas merupakan kelanjutan nyanyian Adit atau sosok Rimba, yang berjudul "Alam Terluka". Lewat lagu ini, kritik atas hancurnya ekosistem hutan karena hasrat serakah para pebisnis disuarakan lantang.

Selain Adit, drama musikal "Mencari Rimba" akan didukung pula oleh aktor dan aktris pilihan dari Akademi Pentas Mahakarya. Akademi ini merupakan bagian dari ekstrakurikuler SMA Adria Pratama Mulya Tangerang, Banten.

Kesadaran sejak kanak-kanak

Menurut Triwatty, pertunjukan bertema lingkungan sengaja dipilih karena tema lingkungan harus ditanamkan kepada anak-anak sedunia sedini mungkin. 

"“Ini agar anak-anak lebih peduli dan memiliki rasa cinta terhadap kelestarian alam," kata Triwatty.

Drama musikal anak-anak, lanjut Triwatty, seharusnya tak hanya menghibur tetapi juga memberikan pendidikan dan kesadaran.

Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia setiap 5 Juni menjadi inspirasi tambahan untuk drama ini. Pada 2016, peringatan tersebut mengusung tema memerangi perdagangan satwa liar.

Drama akan memakan durasi sekitar 40 menit. Menggunakan naskah besutan Seno Joko Suyono, drama dikemas sederhana tetapi mengena.

"Saya menonjolkan sisi kasih sayang Rimba terhadap hewan hewan yang terluka," kata Isdaryanto.

Teater anak-anak, tegas Isdaryanto, berbeda dengan teater dewasa. "Teater anak-anak harus cepat dimengerti," ujar dia.


Dok Akademi Pentas Mahakarya Salah satu adegan yang akan tampil dalam drama musikal Mencari Rimba yang dibawakan oleh anak-anak dari Akademi Pentas Mahakarya. Mereka bakal pentas di Toyoma Jepang, pada Jumat (29/7/2016) hingga Kamis (4/8/2016).

Pilihan tokoh berbasis dunia fabel alias dunia satwa yang bisa berbicara bukan tanpa alasan. "Kisah-kisah fabel sudah sangat berakar dalam cerita-cerita tradisional baik di Indonesia maupun di Jepang," ungkap Seno.

Seno menambahkan, kisah dalam sosok hewan setidaknya sudah tercatat dalam sejarah kebudayaan Indonesia sejak abad 8 Masehi. Di antara buktinya adalah pahatan dalam relief-relief candi-candi Buddha dan Hindu di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Pertunjukan "Mencari Rimba" dibawakan oleh 11 anak-anak dan remaja. Pertunjukan akan tetap dibawakan dalam Bahasa Indonesia tetapi mudah dimengerti.

Topeng menjadi bagian properti drama, imbuh Seno, sebagai wujud pengemasan visual komunikatif. Gerak tari anak melengkapi drama musikal, dengan penata tari adalah Serraimere Bogie Koirewoa.

Bogie akan membantu Isdaryanto agar adegan demi adegan banyak disisipi  gerakan-gerakan tarian yang tepat  agar tidak membosankan.  

Adapun penata musik untuk pementasan ini adalah Andy Ayunir. Lulusan Synthesis and Recording Berkelee College of Music Boston ini sudah bekerja sama dengan banyak penyanyi papan atas, mulai dari Anggun C Sasmi dan Melly Goeslaw sampai Sandy Sondoro dan Sherina.

Tata cahaya ditangani Sonny Soemarsono, dengan video mapping dibuat Omar Jusma, video maker asal Makassar yang kini malang melintang di Eropa.

Pada akhir adegan, Adit mengajak ayah dan para pekerja ayahnya untuk merawat tanaman dan pepohonan. Sebagai sesama makhluk Tuhan, mereka berhak hidup bersama manusia.

Para satwa pun bersama-sama menyanyi, dalam sebuah lagu yang liriknya dalam Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Bahasa Jepang. Berikut ini penggalannya:

Terimakasih pada rimba
Mata hati ku kini s’makin terbuka
Kasih saying tak hanya ‘tuk manusia
Kasih saying ‘tuk s’luruh jagad raya

La la la la la, We’re the children of the world
La la la la la, We’re the future of the world
La la la la la, Never forget who we are
For the sake of living, and all happiness

Bokura wa chikyuu no kodomotachi
Bokura wa chikyuu no mirai
Sore wo bokura wa wasurenai
Shiawase na mirai no tameni

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com