Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekuatan Perempuan Bernama Marlina dalam Budaya Patriarki

Kompas.com - 28/05/2017, 15:00 WIB

Munculnya permintaan atau tawaran hidangan sup ayam cukup mengundang tawa penonton. Berhati-hatilah saat ditawari atau minta dibuatkan sup ayam.

Jika semena-mena, boleh jadi hidup berakhir seperti sederet laki-laki biadab yang memerkosa Marlina.

Film ini juga memuat adegan yang mampu memancing kejengkelan. Pernyataan Markus, misalnya, bahwa Marlina merupakan perempuan paling beruntung jika menuruti dan melayani komplotan perampok itu.

Kalimat itu terasa jelas merendahkan martabat perempuan dan menjerumuskan Marlina dalam jurang terdalam, setelah ditinggal suami, dirampok semua harta benda, dipaksa melayani perampok, bahkan diperkosa.

Berbagai ulasan di media massa internasional pun mengapresiasi film ini. Hollywood Reporter, Variety, dan Screendaily, misalnya.

Baca juga: Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak Dipuji di Cannes

Salah satu elemen yang juga banyak dipuji adalah musik scoring dalam film ini yang digarap Zeke Khaseli dan Yudhi Arfani.

Film Marlina juga memberi gambaran berbeda tentang lanskap Indonesia. Sisi alam yang kering namun eksotis menjadi suguhan yang menghibur mata penonton.

Tak hanya itu, film Marlina juga mengartikulasikan semangat feminisme dalam konteks masyarakat tradisional yang dikuasai budaya patriarki yang sangat kuat.

Marlina berbicara tentang kekuatan perempuan yang mungkin tak terprediksi daya tempurnya.

Sebagai latar film, Mouly juga tampaknya berusaha menampilkan wajah Indonesia yang majemuk.

Indonesia, bagaimanapun, adalah bangsa yang beragam suku, agama, ras, dan golongan, kendati sering disebut sebagai negeri berpenduduk Muslim terbesar di dunia.

Melalui film Marlina, Mouly menyuguhkan sudut-sudut Tanah Air yang memeluk kepercayaan lokal dan agama-agama lain, namun bersatu dalam bingkai Indonesia.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 28 Mei 2017, di halaman 26 dengan judul "Empat Babak Marlina".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com