Acara pemutaran film yang digelar oleh Solo Documenter dan Kisi Kelir itu dihadiri sekitar 88 penonton dan berjalan dengan khidmat. Tiga keluarga Wiji Thukul, Sipon, Wani, dan Fajar juga datang dalam pemutaran film.
Penonton tampak antusias dengan pemutaran film. Beberapa dari penonton yang mungkin masih berusia balita saat Wiji Thukul menghilang, terlihat penasaran dengan sosok penyair pelo itu.
Banyak dari mereka yang menanyakan kepada salah satu keluarga Wiji Thukul mengenai makna film ini bagi mereka.
Dalam film, ditampilkan bahwa Fajar kerap berjuang menuntut keadilan atas hilangnya sang ayah dan banyak korban pelanggaran hak asasi manusia di masa silam. Ini dilakukan Fajar dengan membuat lagu-lagu yang bersumber dari ayahnya.
Dalam diskusi, Fajar mengaku bahwa ia membuat lagu-lagu dari puisi bapaknya, karena ia ingin mengenal sosok bapak yang hanya dikenal selama dua tahun saja.
Wani pun mengaku sangat bangga dengan proses kreativitas yang dilakukan adiknya itu.
Di pengujung acara ada juga penampilan Fajar yang menyanyikan lagu "Derita Sudah Naik Seleher", yang juga diambil dari puisi Wiji Thukul. Dia diiringi pembacaan puisi oleh Wani.
Mereka mengekspresikan penampilan dengan penuh energi yang meluap-luap seperti sudah lelah menunggu tindakan pemerintah mengenai kasus hilangnya Wiji Thukul dan korban pelanggaran HAM di masa silam.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.