Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Agenda Seminggu Bentara Budaya: Dari Garin Nugroho hingga Mendiang Benyamin Sueb

Kompas.com - 18/03/2019, 08:00 WIB
Ati Kamil

Penulis

KOMPAS.com -- Dari 18 Maret 2019 hingga 25 Maret 2019 di empat Bentara Budaya, yaitu di Jakarta, Solo, Yogyakarta, dan Bali, akan ada sejumlah sajian seni yang menarik untuk dinikmati.

Termasuk sineas ternama Garin Nugroho hingga film-film mendiang aktor legendaris Benyamin Sueb akan dihadirkan.

Bentara Budaya Jakarta

1. Dongeng Nuswantara
Selasa, 19 Maret 2019, mulai pukul 19.30 WIB

Dongeng Nuswantara merupakan acara peluncuran buku dan diskusi serta penyajian lagu-lagu kebangsaan bersama Garin Nugroho, Tommy F Awuy, Erwin Harahap, Joko Gombloh, Mia Biola, dan kawan-kawan.

Dongeng Nuswantara merupakan dongeng kebangsaan yang di dalamnya merangkum berbagai kegiatan kebudayaan untuk membagi pesan-pesan edukasi atas situasi kebangsaan Indonesia kini.

Peluncuran buku dan diskusi itu pun menjadi bagian untuk memerkaya wawasan mengenai keindonesiaan.

Buku yang dilucurkan adalah Negara Melodrama karya Garin Nugroho. Buku tersebut terdiri dari esai-esai populer Garin yang dipublikasi di kolom Udar Rasa Harian Kompas.

Berangkat dari buku itu, gagasan Dongeng Nuswantara bergulir dan mewujud menjadi sebuah pementasan kolaborasi yang merefleksikan situasi sosial, budaya, dan politik negeri ini.

Selain peluncuran dan diskusi mengenai buku tersebut, akan tampil para seniman pendukung, yaitu Tommy F Awuy, Erwin Harahap, Joko Gombloh, Mia Biola, dan kawan-kawan.

Mereka akan membagi pesan kebersamaan dalam merawat kebangsaan serta keragaman persaudaraan Nusantara.

Garin Nugroho, yang lahir di Yogyakarta pada 6 Juni 1952, merupakan sineas yang telah menggenggam sejumlah penghargaan dalam dan negeri berkat film-filmnya.

Film-filmnya, antara lain, Soegija (2012), Mata Tertutup (2012), The Mirror Never Lies (2011), dan Generasi Biru (2009).

Film-filmnya dikenal berciri memiliki nuansa keindonesiaan yang kaya, dengan latar budaya berbagai suku-bangsa di Indonesia, dengan tuturan visual yang apik dan puitik.

2. Obrolan Sukab
Rabu, 20 Maret 2019, pukul 14.00-17.00 WIB

Ini diskusi mengenai buku Obrolan Sukab, karya Seno Gumira Ajidarma, yang diterbitkan pada 2018 oleh Penerbit Buku Kompas.

Ini juga diskusi tentang berbagai hal yang berkait dengan situasi sosial budaya kontemporer di Indonesia, khususnya di Jakarta.

Dalam diskusi tersebut akan berbicara tiga narasumber, yaitu Zen Hae, JJ Rizal, dan Seno Gumira Ajidarma. Yahya Andi Saputra menjadi moderatornya.

Obrolan Sukab memuat esai-esai populer Seno Gumira Ajidarma yang sebagian telah dipublikasi dalam kolom Udar Rasa Harian Kompas serta laman PanaJournal.com.

Esai-esai itu berisi obrolan Sukab bersama konco-konco-nya sesama warga negara kelas bawah: manusia-manusia merdeka yang merasa nyaman dalam keseharian mereka, sebab mereka lebih baik memiliki diri sendiri daripada memiliki semuanya, kecuali diri sendiri.

Seno dan tokoh rekaannya, Sukab, memang ibarat dua sosok yang sulit dipisahkan.

Karakter Sukab juga telah muncul dalam beberapa seri bukunya terdahulu, antara lain Sukab Intel Melayu: Misteri Harta Centini (2002) serta Dunia Sukab: Sejumlah Cerita (2001).

Dalam buku Obrolan Sukab, Seno menarasikan keseharian warga kelas bawah yang acap mengobrol di warung pinggir jalan milik Mang Ayat.

Di sela wangi kopi, jagung rebus, sajian tempe mendoan, sayur bening, sayur asem, cumi asin, sambel korek, sayur toge, dan pepes jamur, Sukab dan teman-temannya sesama kuli dan buruh biasa mengobrol tentang topik-topik kelas atas. Contohnya,  korupsi, tahun baru, politik, nasionalisme, pulang kampung, teroris, intoleransi, dan hak asasi manusia.

- Seno Gumira Ajidarma dilahirkan di Boston, Massachusetts, AS, pada 19 Juni 1958.

Ia bekerja sebagai wartawan sejak 1977.

Dalam kolom-kolomnya ia berbicara tentang kehidupan urban dan dunia politik terkumpul dalam Surat dari Palmerah (2002), Affair (2004), Kentut Kosmopolitan (2008), Tidak Ada Ojek di Paris (2015), Jokowi, Sangkuni, Machiavelli (2016), dan Obrolan Sukab (2018).

Ia menulis secara regular untuk Koran Tempo dan PanaJournal.com, sambil tetap menulis fiksi.

Cerpennya yang dimuat sepanjang 1978-2013 di Harian Kompas terbit sebagai Senja dan Cinta yang Berdarah (2014).

Ia telah menerima sejumlah penghargaan sastra, mengajar kajian budaya kontemporer di berbagai perguruan tinggi, dan masih menyambung cerita silat Nagabumi.

- Zen Hae, yang lahir di Jakarta pada 12 April 1970, aktif sebagai penyair, penulis cerpen, dan penelaah sastra setelah sebelumnya menjadi penulis naskah di Bintang Grup.

Lulusan Jurusan Bahasa dan Sastra IKIP Jakarta (kini Universitas Negeri Jakarta) ini pernah menjadi anggota Dewan Kesenian Jakarta (2006-2012).

Buku-buku yang telah ditulis oleh Zen Hae adalah, antara lain, Rumah Kawin (kumpulan cerpen, 2004) dan Paus Merah Jambu (kumpulan puisi, 2007).

Yang disebut terakhir telah memenangi Karya Sastra Terbaik 2007 dari Majalah Tempo.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau