KOMPAS.com - Artis peran Pamela Anderson membesuk pendiri WikiLeaks Julian Assange yang kini ditahan di penjara dengan tingkat keamanan tinggi Belmarsh di Inggris, Selasa (7/5/2019).
Ini merupakan kunjungan pertama bagi Assange sejak dia dibawa dari Kedutaan Besar Ekuador di London, Inggris, pada April lalu.
Pamela Anderson mengatakan Assange seharusnya tidak perlu ditahan di penjara dengan pengamanan maksimal.
"Dia tidak pernah melakukan kejahatan yang kejam, dia tidak bersalah," kata bintang Baywatch itu sekeluar dari penjara.
Menurut Anderson, Assange dikucilkan dari semua orang, termasuk anak-anaknya. Pria asal AS itu juga tidak mendapat akses informasi apa pun.
"Dia orang baik dan luar biasa. Saya menyayanginya dan tidak bisa membayangkan yang sekarang dia lalui," lanjut Anderson.
Bintang film yang kini menjadi aktivis itu sering berkunjung selama Assange menghuni Kedubes Ekuador. Gara-gara itu, muncul spekulasi mereka menjalin hubungan asmara.
Pada kunjungannya itu, Anderson didampingi Pemimpin Redaksi WikiLeaks Kristinn Hrafnsson. Pertemuan mereka, kata Hrafnsson, sangat emosional. Assange, katanya, dipaksa menghabiskan 23 jam di dalam selnya.
"Saya terkejut melihat teman saya, yang seorang intelektual, penerbit, jurnalis. Seseorang yang mengubah dunia jurnalistik dengan karyanya kini hidup di penjara dengan pengamanan tinggi," kata Hrafnsson.
Pada Rabu (1/5/2019), Assange dijatuhi hukuman penjara selama 50 pekan setelah terbukti melanggar persyaratan jaminan pembebasannya pada 2012 silam.
Saat itu, Assange memilih mengungsi ke Kedutaan Besar Ekuador di London dan tinggal di sana dengan status suaka sebelum ditangkap pada 11 April lalu.
Ketika itu Assange hendak diekstradisi ke Swedia di mana dia dituduh melakukan kekerasan seksual dan pemerkosaan. Dia menyebut dakwaan itu berkaitan dengan keputusannya merilis dokumen rahasia AS.
Assange khawatir dakwaan itu hanya menjadi alibi untuk menahannya dan kemudian mengirimkannya ke AS di mana pria berusia 47 tahun itu bakal menghadapi penuntutan.
AS mendakwa Assange melakukan konspirasi dengan mantan analis intelijen AS Chelsea Manning untuk mendapatkan password komputer milik Kementerian Pertahanan pada Maret 2010.
Manning kemudian memberikan ratusan dokumen rahasia berisi kesalahan militer AS di Perang Irak beserta sejumlah rahasia yang diperoleh dari negara lain.