Beratha juga dikenal sebagai kreator Gending Semar Pegulingan di Abiankapas Kaja Denpasar dan pencipta Gamelan Semara Dana, yang menggabungkan Gamelan Semarpegulingan dengan Gamelan Gong Kebyar.
Ia mencipta kira-kira 20 karya tari, gending, dan sendratari, antara lain Sendratari Jayaprana, Tabuh Gesuri, Sendratari Ramayana, Sendratari Maya Denawa, Instrumentalia Palgunawarsa yang mendapat penghargaan tertinggi dalam festival gong kebyar seluruh Bali, dan Tari Panyembrana.
Beratha juga berperan menelurkan sekolah seni tradisi modern, antara lain Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI), yang dulunya disebut Kokar (Konservatori Karawitan), Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI), dan Institut Seni Indonesia (ISI).
Atas pengabdian seninya, khususnya gamelan Bali, Beratha telah dianugerahi gelar kehormatan Empu Seni Karawitan pertama dari ISI Denpasar pada 2012.
Selain itu, ia juga menerima penghargaan-penghargaan lain, yaitu Anugerah Seni Nasional dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI (1972), Piagam Kerti Budaya (1979), Dharma Kusuma dari Gubernur Bali (1981), dan Penghargaan Ciwa Nataraja dari ISI Denpasar (1992).
I Putu Adi Septa Suweca Putra
I Putu Adi Septa Suweca Putra lahir pada 29 September 1992 di Padang Tegal, Ubud, Bali.
Sedari remaja ia telah berpentas gamelan ke luar negeri, antara lain Malaysia, AS, Korea Selatan, dan Denmark.
Komposisi yang diciptanya, antara lain, "Star Cluster", "Lali"," Space", "Prastuti", "Centhana Acenthana", "Circle", "Sekat", "Uger-uger", "Mebat", "Janari", "Float", dan "Tapak Dara".
I Putu Adi Septa Suweca Putra juga merupakan pendiri Gamelan Natha Svara sekaligus komposer, pemusik gamelan, dan Direktur Gamelan Natha Svara.
Yan Priya Kumara Janardhana
Yan Priya Kumara Janardhana lahir di Tabanan, Bali, pada 28 September 1992. Ia lulusan ISI Denpasar.
Sedari 2007 ia aktif tampil dalam pertunjukan gamelan, antara lain dalam Pesta Kesenian Bali dan Jazz Goes to Campus di Universitas Indonesia.
Ia juga mencipta sejumlah komposisi, antara lain "Simpang Siur" dan "Kembung", yang dipentaskan dalam Pekan Komponis Indonesia (2013) di Taman Ismail Marzuki, "Disfonia" (2013), dan "Not as Short as You Think".
Ia sering bekerja sama dengan sejumlah kelompok dan seniman dalam menggarap musik untuk pertunjukan atau teater.
Komponis Kini
Komponis Kini digagas oleh Bentara Budaya Bali bersama tiga komposer yang konsisten memperjuangkan New Music for Gamelan, yaitu Wayan Gde Yudane, Wayan Sudirana dan Dewa Alit.
Komponis Kini bertujuan mencipta atmosfer berkesenian bagi seniman-seniman gamelan di Bali dan Tanah Air secara keseluruhan, dengan mengedepankan upaya-upaya penciptaan baru (new gamelan) yang berangkat dari seni gamelan tradisional.
Dalam Komponis Kini, para komponis New Music for Gamelan diharapkan bisa mengekspresikan capaian-capaian terkini mereka yang mencerminkan kesungguhan pencarian kreatif.
Selain menyajikan pertunjukan musik, Komposisi Kini juga diperkaya dengan bincang-bincang bersama para komposer bersangkutan sebagai pertanggungjawaban penciptaan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.