Ini sebuah kisah coming of age yang dikisahkan denga puitis. Kata-kata yang terjalin menjadi kalimat seolah seperti air yang mengalir; ini salah satu kalimatnya: "Nothing else existed from the moment Taouyu reached the the edge of the board to the moment he ripped into the water." (hal.110).
Kita mengikuti persahabatan, pencapaian, cinta yang merana dari kedua remaja ini sekaligus akhir yang sungguh mengejutkan dan menyedihkan.
Adapun cerpen seperti "Fuerdai to the Max" disajikan dengan ritme yang lebih lincah dengan plot yang penuh suspens, sebuah kisah sekumpulan anak-anak orang superkaya yang bertingkah dan merasa berhak memperoleh segala yang mereka inginkan.
Cerpen inilah yang kemudian membuat kita membayangkan beginilah anak-anak orang superkaya di setiap negara, apakah China, Indonesia atau Amerika, bukan hanya manja dan bergelimang duit yang tak habis-abis, tetapi juga persoalan adalah entitlement, merasa berhak mendapatkan apa saja yang mereka inginkan.
Adalah cerpen semacam "Echo of the Moment" dan "The Strawbery Years" yang membuat Xuan Juliana berbeda dengan para pendahulunya.
Di dalam kedua cerita ini, social media sangat berperan dalam kehidupan tokoh-tokoh utamanya, bukan sekadar hiasan atau tempelan, melainkan menjadi penggerak cerita.
Di dalam "Echo of the Moment", seorang gadis Amerika-Tionghoa bernama Echo yang menetap di Paris memperoleh tawaran untuk mengambil setumpuk pakaian seorang selebritas Korea yang bunuh diri.
Meski semula Echo agak merasa aneh, tetapi keajaiban terjadi. Begitu dia mengenakan baju-baju sang selebritas, tiba-tiba Echo merasa dirinya berbeda, bukan saja secara fisik, melainkan juga merasa lebih punya daya.
Ada sesuatu dalam dirinya yang lahir dan membuatnya lebih percaya diri ketika berjalan di jalan-jalan Paris dengan pakaian sang selebritas, hingga akhirnya para fotografer mengejar-ngejarnya dan memotretnya hampir setiap hari karena keunikan penampilannya.
Kepopuleran instan dan absurditas social media yang mendikte "mereka yang follower-nya terbanyak" adalah mereka yang layak didengarkan, ditonton dan dilimpahkan duit diramu dalam cerita yang jauh dari khotbah.
Cerita-cerita yang mengawinkan media sosial dan internet sebagai bagian dari kehidupan kita di belahan dunia manapun--lengkap dengan "aturan tak tertulis" yang lantas mendikte roda ekonomi--adalah bagian kecerdasan Xan Juliana yang belum sepat dijelajahi para seniornya yang masih berpegang pada periode analog.
Xuan Juliana Wang, seperti juga berbagai penulis muda yang wajib diperhatikan di Indonesia: Felix K Nessi, Pratiwi Juliani, Raka Ibrahim, adalah harapan baru bahwa sastra akan terus dirawat, bahwa kata-kata yang dijalin dengan tepat dan berdaya akan menjadi karya yang bersinar.
Podcast "Coming Home with Leila Chudori" episode Shanty Harmayn bisa ditemukan di Spotify atau tautan ini mulai Rabu (6/5/2020).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.