Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Leila S Chudori
Penulis & Wartawan

Penulis, Wartawan, Host Podcast "Coming Home with Leila Chudori"

Coming Home with Leila Chudori: Rocky Gerung Mengupas Gabo

Kompas.com - 24/06/2020, 07:02 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

HANYA ada satu Gabo. Hanya ada satu yang bernama "Seratus Tahun Kesunyian".

Hanya ada satu "Cien Anos de Soledad" yang lahir tahun 1967 dan diterjemahkan oleh Gregory Rabassa ke dalam bahasa Inggris menjadi "One Hundred Years of Solitude".

Karya sastrawan dan wartawan Gabriel Garcia Marquez ini membawa karyanya ke seluruh pelosok dunia melalui terjemahan ke dalam 50 bahasa asing, termasuk bahasa Indonesia (diterbitkan Pustaka Utama Gramedia).

Novel sepanjang 422 halaman ini bercerita tentang beberapa generasi dari keluarga besar Jose Arcadio Buendia dari masa dibangunnya desa fiktif Macondo.

Marquez mendeskripsikan peristiwa demi peristiwa yang begitu ajaib, begitu magis bertaburan mitos.

Rangkaian peristiwa fantastis disajikan seolah-olah hal itu sesuatu yang biasa saja, yang lazim, sehingga gerakan aliran realisme magis kembali mengalir dengan deras ke seluruh penjuru hingga ke Indonesia.

Mengutip kritikus sastra terkemuka Harold Bloom tentang karya Marquez, "There is not a single line that does not flood with detail. It is all story, where everything conceivable and inconceivable is happening at once."

Misalnya nukilan yang dibacakan akademikus filsafat Rocky Gerung di dalam podcast "Coming Home with Leila Chudori", yang mengudara hari ini.

Bagian yang dibacakan dan dibahas ini adalah sebuah adegan penting di mana tokoh Prudencio Aguila yang sudah mati, dengan tenang dan santai meluncur masuk ke dapur Ursula, salah satu tokoh utama novel ini.

"Peristiwa terbunuhnya Prudencio Aguilar dianggap duel demi kehormatan. Tetapi kedua pihak sama-sama merasa tertusuk nuraninya. Suatu malam, ketika Ursula tak bisa tidur, ia keluar ke halaman untuk mengambil air. Dilihatnya Prudecio Aguilar berdiri dekat guci besar tempat air..."

Terjemahan Djokolelono ke dalam bahasa Indonesia ini sangat asyik, lancar, dan berhasil menyajikan ketegangan ciptaan Marquez: "Wajahnya pucat pasi, dengan sedih mencoba menutup lubang di lehernya dengan gumpal rumput esparto."

Adegan Aguilar yang sesungguhnya sudah mati terbunuh itu, menurut Rocky Gerung, adalah "awal mula dari segala 'skandal'".

Atau dengan kata lain, ini adalah dasar dari bermulanya 'sejarah' keluarga besar Buendias di saat Jose Arcadio Buendia memutuskan untuk berangkat menyeberangi barisan pegunungan, mencari laut yang tak pernah ditemukan, dan akhirnya mereka memutuskan mendirikan sebuah desa bernama Macondo.

Kisah seluruh novel lantas berkisah tentang keturunan Buendia yang kawin sesama keluarga, dan selalu saja ada kekhawatiran keturunan mereka ada yang berbentuk 'monster'-–apalagi dibayang-bayangi ramalan kaum Gipsi Melquiaides.

Novel ini hadir dalam kategorinya sendiri di antara timbunan masterpiece dunia. Gabo bercerita nyaris tanpa plot. Tokoh-tokohnya, meski dramatis, tetapi tanpa perkembangan karakter.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau