Kali ini filmnya diprotes masyarakat Mingankabau karena dianggap menggambarkan tokoh Diana sebagai perempuan non-Muslim yang bermukim di Padang.
Hanung sendiri menjelaskan bahwa Diana tidak disebutkan berasal dari Minangkabau, melainkan warga pendatang yang tinggal dan dibesarkan di Padang untuk menunjukkan keberagaman masyarakat di sana.
Baca juga: Tak Syuting Saat Wabah Covid-19, Hanung Bramantyo: Penghasilan Zaskia Adya Mecca Lebih Besar
Ketertarikan Hanung Bramantyo terhadap film sejarah dimulai dari proyek Gending Sriwijaya.
Film hasil kerja sama dengan Pemerintah Provinsi Sumatra Selatan ini bercerita tentang Nusantara pada abad 16, tiga abad setelah keruntuhan Kerajaan Sriwijaya.
Film biopik Presiden Indonesia pertama, Ir. Soekarno yang diperankan oleh Ario Bayu.
Film ini bercerita tentang kehidupan Soekarno yang menjelma menjadi sosok pemimpin di Indonesia.
Dalam film ini, perjalanan Soekarno mengantar Indonesia merdeka digambarkan oleh Hanung.
Putri Soekarno, Rachmawati Soekarnoputri, mengkritik film ini karena menganggap Ario Bayu tidak cocok memerankan ayahnya.
Ia menganggap bahwa Anjasmara justru lebih layak mendapatkan peran tersebut.
Baca juga: Profil Hanung Bramantyo, Salah Satu Sutradara Kenamaan di Tanah Air
Berkolaborasi dengan Rahabi Mandra, Hanung Bramantyo mengangkat cerita tentang politik di film 2014: Siapa di Atas Presiden?
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.