Kata produser film tersebut, Whisnu Yonar, sebelum pemutaran, pihak kepolisian sudah memberi informasi bahwa ada ormas yang akan berdemonstrasi jika film itu tetap diputar.
Whisnu mendapat informasi kelompok ormas itu menganggap ada unsur komunisme di dalam film tersebut.
"Jadi dengan alasan resiko keamanan mereka (Goethe) terpaksa membatalkan," tutur Whisnu saat dihubungi Kompas.com, Rabu (16/3/2016) malam.
Setelah pembatalan itu, Whisnu dan sutradara Rahung Nasution, serta kru mencari lokasi pemutaran film yang dianggap lebih aman.
"Dapatnya di Komnas HAM. Di sana aman karena lembaga negara," ujarnya.
"Karena buat kami membatalkan penayangan tidak adil juga bagi publik karena kami sudah menyebarkan undangan," tambah Whisnu.
Pemutaran perdana film Pulau Buru pun dilakukan di Gedung Komnas HAM di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Bahkan sebanyak dua kali, yakni pukul 17.00 WIB dan 19.30 WIB.
"Cukup banyak peminatnya. Sekitar 300-an orang sih tadi. Tapi justru itu kurang, karena kami harapkan pemutaran di Goethe ada 600 orang. Yah mungkin juga informasi tidak tersampaikan dengan cepat tentang pemindahan lokasi ini," ucapnya.
Film dokumenter berdurasi 48 menit ini mengangkat tentang kisah perjalanan mantan tahanan politik peristiwa 1965 ke Pulau Buru, tanah pengasingan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.