Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Evolusi Film Horor Indonesia Sepanjang 83 Tahun

Kompas.com - 30/10/2017, 13:51 WIB
Andi Muttya Keteng Pangerang

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com -- Film-film bergenre horor sedang menjadi primadona dalam industri film Tanah Air.

Ditandai dengan kehadiran film The Promise pada Februari 2017. Berlanjut ke Gunung Kawi dan film Ular Tangga. Kemudian muncul film Danur: I Can See Ghost yang berhasil meraup dua juta lebih penonton pada Maret lalu.

Setelahnya, seperti sedang berlomba maraton, film-film horor lain muncul satu per satu berebut menarik perhatian penonton. Sebut saja film Jailangkung, The Doll 2, Ruqyah: The Exorcism, Mereka yang Tak Terlihat, Pengabdi Setan, Hantu Sei Ladi, dan masih banyak lagi. 

Berdasarkan sejumlah literatur, film horor sudah 83 tahun menghantui Nusantara. Pada 1934, berselang delapan tahun dari anak pertama film Indonesia, film bergenre horor pun lahir.

[Baca juga : Lima Film Horor Terbaik, dari It hingga The Conjuring 2]

 

Judulnya Doea Siloeman Oelar Poeti en Item arahan sutradara The Teng Chun alias Tahyar Idris. Kisah film produksi Cino Motion Pictures itu terinspirasi dari karya sastra kuno China.

Setahun kemudian, The Teng Chun kembali merilis dua film horor yang lagi-lagi mengangkat kisah tentang siluman, berjudul Ang Hai Djie dan Tie Pat Kai Kawin.

Lepas dari tema siluman, hadir film horor berjudul Tengkorak Hidoep (1941) yang disutradarai oleh Tan Tjoei Hock. Film yang bernyawa satanic atau demonic horor itu laris manis pada masanya.

Namun setelah itu, publik Indonesia harus gigit jari. Industri film Indonesia mengalami goncangan karena kedatangan Jepang ke Tanah Air pada 1942. Film horor pun mati suri.

Delapan tahun kemudian, setelah Jepang mengakui kemerdekaan Indonesia, perfilman Nusantara bangkit kembali. Namun bagi genre horor harus menanti hingga 1971, saat sutradara M Syarieffudin membuat film berjudul Lisa yang berlatar psychological horror.

Meski tak laku keras seperti pendahulunya Tengkorak Hidoep, Lisa membuka pintu untuk film-film horor lainnya.

[Baca juga : Setelah Puluhan Tahun, Lukman Sardi Akhirnya Main Film Horor ]

Pada tahun yang sama, Suzanna yang kemudian melegenda sebagai "Ratu Film Horor", melakukan debutnya dalam film Beranak dalam Kubur.

Tema film-film horor di Indonesia perlahan bergeser ke subgenre demonic horror berpadu dengan okultisme, sadisme, seks, dan komedi pada sepanjang 1973-1979.

Film-film itu adalah Cincin Berdarah (1973), Si Manis Jembatan Ancol (1973), Drakula Mantu (1974), Kemasukan Setan (Dukun) (1974), Kuntilanak(1974), Arwah Penasaran (1975), Pembalasan Guna-guna Istri Muda (1978), Tuyul (1978), Kutukan Nyai Roro Kidul (1979), dan lainnya.

Film-film horor Eropa juga banyak memberi ilham, salah satu contohnya hadirnya tokoh drakula yang merupakan monster gotik Eropa. Namun seiring itu makhluk-makhluk gaib lokal, di antaranya tuyul, kuntilanak, pocong, dan sundel bolong mulai bermunculan.

[Baca juga : Hanya Film Horor Ini yang Bisa Bikin Luna Maya Ketakutan]

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau