Memasuki masa Orde Baru, film horor Indonesia mau tak mau harus beradaptasi. Pada 1981, terbit aturan Kode Etik Produksi Film Indonesia di mana moral bangsa harus dijunjung tinggi dalam perfilman Indonesia.
Unsur seksualitas dan kekerasan yang banyak mewarnai film-film horor Indonesia sebelumnya dibuang jauh-jauh. Para pemuka agama menjadi "pahlawan utama" melawan iblis dan kekuatan gaib dalam film horor.
Periode selanjutnya, tepatnya memasuki era 1990-an, dunia film Tanah Air memasuki masa kemunduran.
Baik karena kemunculan stasiun-stasiun televisi nasional yang menjadi sarana hiburan baru penonton, maupun karena mandeknya kreativitas. Film-film horor yang ada kebanyakan merupakan sekuel dari film sebelumnya.
Sementara sisanya, film bergenre horor masa itu mendapat embel-embel "esek-esek". Misalnya, film Gairah Malam (1993), Godaan Perempuan Halus (1933), Misteri di Malam Pengantin (1993), Cinta Terlarang (1994), Bisikan Nafsu (1996), Mistik Erotik (1996), dan Birahi Perempuan Halus (1997).
Lalu pada akhir 1990-an, lahir subgenre baru yakni biographic horror dalam film Kisah Nyata Dukun AS (Misteri Kebun Tebu) (1997) dan sociohistorical horror Misteri Banyuwangi (1998).
[Baca juga : 5 Adegan Film Horor Asia yang Bikin Anda Susah Tidur! ]
Pada era milenial atau abad ke-21, film horor mengalami titik balik dengan lahirnya film Jelangkung karya sutradara Rizal Mantovani dan Jose Purnomo. Film tentang sekelompok remaja urban berburu hantu itu membawa tren uji nyali dalam film horor Indonesia.
Namun masa ini juga mengadaptasi jurus lama dengan menaburkan bumbu seksualitas dan komedi. Bahkan ada satu periode di mana pembuat film horor "doyan" melibatkan bintag-bintang film porno luar negeri. Itu terlihat dalam film Suster Ngesot (2007) dan Setan Budeg (2008), Suster Keramas (2009), Hantu Tanah Kusir (2010), Rintihan Kuntilanak Perawan (2010), dan Mandi Goyang Pinggul (2011).
Lalu muncul tren hantu di lokasi tertentu, misalnya Terowongan Casablanca, Hantu Jeruk Purut, Rumah Pondok Indah, dan Mall Klender.
Setelah itu, produksi film horor sempat menurun. Masih tetap ada, namun tak begitu terdengar dibandingkan genre lain seperti film biografi atau sejarah, film religi, film laga, dan komedi atau drama-komedi.
[Baca juga : Ini Alasan Film Horor dan Thriller Tak Masuk Nominasi FFI 2015]
Pada 2017, horor kembali menjadi tren, bahkan mulai diperhitungkan karena masuknya sejumlah sejumlah film horor ke dalam daftar film Indonesia terlaris sepanjang masa. Merujuk pada laman filmindonesia.or.id, ada empat film horor yang bertengger dalam 10 besar Box Office Indonesia.
Mereka adalah film Pengabdi Setan dengan 3.672.669 penonton, Danur: I Can See Ghosts 2.736.157 penonton, film Jailangkung yang meraih 2.550.271 penonton, dan The Doll 2 dengan 1.226.864 penonton. Keberhasilan empat film yang memiliki identitas subgenre yang beragam itu membawa angin segar pada genre film horor Tanah Air.
Belum lagi, rekor yang dicetak film Pengabdi Setan arahan sutradara Joko Anwar yang mampu mendapatkan 13 nominasi atau menjadi nomine dalam 13 kategori Festival Film Indonesia (FFI) 2017.
Lalu bagaimana masa depan film horor Indonesia nanti? Mari menanti wajah film horor Indonesia selanjutnya.
[Baca juga : Lewat Pengabdi Setan, Joko Anwar Ingin Naikkan Kelas Film Horor]
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.