Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Fury" bukan Film Perang Biasa

Kompas.com - 05/11/2014, 19:21 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com -- Kebencian berdampingan dengan kesetiakawanan dan kisah cinta yang menyentuh, itulah yang disajikan dalam Fury, film 135 menit yang cerita dan penyutradaraannya dipercayakan kepada David Ayer.

Film itu dibintangi oleh Brad Pitt, Shia LaBeouf, Logan Lerman, Michael Pena, dan John Bernthal, yang mampu menghidupkan karakter-karakter yang mereka mainkan.

Kisah film itu sendiri sederhana saja--mengangkat kiprah lima serdadu dari pihak AS dan sekutu yang mendapat tugas menembus pusat pertahanan lawan dalam Perang Dunia II. Brad Pitt berperan sebagai Don "Wardaddy" Collier, yang sangat berkarisma dan dihormati oleh para anak buahnya sekaligus ditakuti oleh para musuhnya lantaran sangat dingin dalam membantai lawan.

Pihak AS dan sekutu sudah berhasil masuk ke Jerman pada April 1945, tetapi belum bisa dikatakan benar-benar memenangkan pertempuran. Pasukan ber-tank yang dipimpin oleh Wardaddy, berjulukan Fury, dan telah berpengalaman perang di Afrika,  bertugas menusuk jantung Jerman. Wardaddy beraksi bersama Boyd "Bible" Swan (dimainkan oleh Shia LaBeouf), Grady "Coon-Ass" Travis (Jon Bernthal), Trini "Gordo" Garcia (Michael Peña), dan, yang bergabung belakangan, Norman Ellison (Logan Lerman).

Bergabungnya Norman menjadi hal menarik, karena sebelumnya ia merupakan juru ketik. Norman menjadi bahan tertawaan yang lain, yang tidak percaya akan kemampuan Norman untuk menjadi bagian dari Fury. Norman pun kaget atas tugas yang diembankan ke pundaknya itu.

"Jika kau tidak membunuh, mereka yang akan membunuh," ujar Wardaddy ketika mendapati Norman gemetaran memegang senjata api untuk membunuh lawan mereka.

Dalam film itu, karakter setiap dari lima sosok tersebut dikembangkan secara mendalam. Kekuatan akting kelima pemeran itu juga terasa. Misalnya, Pitt mampu memainkan karakter yang keras, tetapi juga bisa "galau".

Fury tidak saja memenuhi keinginan para penonton untuk menyaksikan perang yang seru dan keras, tetapi juga menyentuh sisi drama sebuah perang. Cerita cinta pun dihadirkan. Walau sesaat, menyentuh. Di antara deru dan dentum perang, terdapat sebuah adegan di meja makan dengan durasi lumayan lama, tetapi berhasil tidak membosankan. Bahkan, dialog yang kaya, yang membenturkan karakter yang satu dengan karakter yang lain, tak kalah menegangkan ketimbang adegan perang.

Sinematografinya berhasil menyajikan adegan perang yang dahsyat sekaligus membuat filmnya bagai film yang mengangkat kisah nyata. Sajian gambarnya juga mengaduk rasa. Kengerian akan perang, yang saling membunuh, berdampingan dengan rasa saling mencinta, baik antar sesama serdadu maupun berupa sepotong cerita cinta. Tidak heran jika kemudian Fury menjadi berbeda dibandingkan dengan film-film perang pada umumnya. (Iwan Setiawan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com