Tjokroaminoto merupakan nama besar yang terlupakan. Sosoknya hanya kerap diingat dalam pelajaran Sejarah sekolah dasar atau paling tidak sebatas dikenang sebagai nama jalan. Tidak banyak orang tahu apa peran Tjokroaminoto bagi perjalanan sejarah bangsa yang kini berpenduduk lebih dari 250 juta jiwa ini.
Bagi sutradara Garin, Tjokro merupakan sosok guru bangsa. Ia melahirkan gerakan kemanusiaan yang diinisiasi oleh kaum priayi. Tjokro juga menerapkan prinsip berjuang tanpa kekerasan. Ia tidak pernah mempersoalkan ideologi yang datang bersamaan pada masa itu.
"Semua ideologi itu baik. Yang bahaya adalah jika tangan ini digunakan untuk menerjemahkannya dalam bentuk kekerasan," kata Tjokro yang dalam film diperankan oleh Reza Rahadian.
Ketika Belanda menerapkan politik etis atau politik balas budi pada 1901, Tjokro dengan cantik memainkan perannya sebagai priayi untuk menyejajarkan kedudukan bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang sejajar dengan Belanda. Tjokro mengukuhkan kesejajaran itu dengan identitas cara berpakaian.
Meski ia telah meninggalkan kehidupannya sebagai priayi dan memilih untuk hidup sebagai rakyat biasa, Tjokro tetap tidak menanggalkan jas yang dipadu dengan jarik (kain batik) dan blangkon.
Dengan pakaian itu, ia menolak disentuh secara tidak sopan oleh opsir-opsir Belanda. Dengan pakaian itu pula, Tjokro menolong kuli-kuli perkebunan atau buruh pelabuhan yang disiksa Belanda.
Garin membuka adegan dengan suasana Penjara Kalisosok, Surabaya, Jawa Timur, berlatar belakang tahun 1921. Di tempat itulah, Tjokro dipenjarakan oleh Belanda. Pidato-pidatonya tentang kesetaraan dan kemandirian ekonomi dianggap menghasut dan membangkitkan perlawanan kaum buruh.
Dari penjara muncul dialog panjang lebar tentang ihwal perjuangan Tjokro. Penonton kemudian dibawa ke masa lalu Tjokro untuk menggambarkan kronologi perjalanan hidup seorang Tjokro. Digambarkan, sejak remaja sudah muncul kesadaran akan bangsa yang tertindas dalam diri Tjokro.
Kesadaran sejak dini
Kesadaran itu muncul dari pengalaman sehari-hari yang ia temui. Tjokro kecil sering melihat kuli-kuli perkebunan kapas dipukul bertubi-tubi hingga berdarah-darah karena melakukan kesalahan kecil saja.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.