Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wajah Politik Kita di Film "Tjokroaminoto"

Kompas.com - 07/04/2015, 16:09 WIB

Di tangan Tjokro, SI berkembang menjadi besar dengan jumlah anggota mencapai 2 juta orang. Pada awal 1900-an, jumlah penduduk Jawa masih sekitar 30 juta manusia. Melalui SI, Tjokro mengajarkan agar bangsa Indonesia bisa berdikari secara ekonomi dan mendahulukan pendidikan, dua hal yang kemudian diteruskan sebagai landasan politik Soekarno.

Tjokro mendorong dibangunnya koperasi-koperasi di setiap daerah agar hasil bumi petani bisa mendapatkan harga layak. Politik ini digagas untuk melawan tanam paksa yang diterapkan Belanda. Ia juga membangun surat kabar di sejumlah daerah untuk memperkuat kedudukan politik bangsa.

SI Merah
Namun, lantaran pijakan politiknya itu pula, Tjokro dianggap lamban oleh kalangan muda, salah satunya Semaoen yang menjadi anak kos di rumah Tjokro di Peneleh.

Semaoen dan teman-temannya menganggap perjuangan untuk merebut tanah (perjuangan agraria) harus didahulukan daripada pendidikan. Karena tidak puas, Semaoen kemudian mendirikan SI Merah, cikal bakal Partai Komunis Indonesia.

Melalui Tjokro, Garin tak hanya hendak bercerita tentang biografi tokoh besar. Di sana, Garin juga menggambarkan situasi sosial politik masyarakat yang tetap relevan hingga saat ini. Dalam cerita, Garin memasukkan soal pertikaian antaretnis. Pada masa itu, kaum Tionghoa dan pribumi dihasut Belanda untuk bertikai.

Ada juga persoalan organisasi massa yang suka main hakim sendiri karena menganggap orang lain tidak sealiran dengannya. Masalah lain adalah soal kewarganegaraan bagi mereka yang berdarah campuran.

Melalui tokoh Stella (Chelsea Islan), digambarkan ketidakjelasan status bagi mereka yang menikah antarbangsa.

"Siapakah penduduk asli itu? Ayahku Belanda dan ibuku adalah perempuan Bali yang ingin belajar masakan Hindia Belanda. Lalu siapakah aku, Tuan Tjokro?" (Lusiana Indriasari)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com